Penjelasan BMKG Soal Gempa Megathrust 8,9 Magnitudo di Indonesia Tinggal Tunggu Waktu

  • Arry
  • 14 Agt 2024 06:06
Ilustrasi gempa(@pixie/unsplash)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menjelaskan soal potensi gempa megathrust dengan kekuatan hingga 8,9 Magnitudo di Indonesia. Disebutkan, gempa ini tinggal menunggu waktu saja terjadinya.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyinggung soal kekhawatiran ilmuwan Indonesia terkait seismic gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut yang dapat memicu gempa masing-masing 8,7 Magnitudo dan 8,9 Magnitudo.

Untuk diketahui, seismic gap adalah wilayah yang berada di sepanjang batas lempeng aktif yang tidak mengalami gempa besar atau gempa selama lebih dari 30 tahun.

“Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” ujar Daryono dalam keterangan resminya.

Baca juga
BMKG: Gempa Malang Bukan Dipicu Gempa Megathrust

Sementara itu, Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widjo Kongko, menyatakan, Megathrust Selat Sunda memang berpotensi memicu gempa besar berkekuatan M 8,7. Namun, tidak menutup kemungkinan, guncangan gempa akan mencapai M 9.

Hal ini bisa terjadi jika terjadinya gempa akibat Megathrust Selat Sunda bersamaan dengan segmentasi yang berada di atasnya, yaitu Megathrust Enggano di Bengkulu dan sebelah timurnya, yaitu Megathrust Jawa Barat-Tengah.

“Energi yang dihasilkan dari potensi gempa itu mirip dengan gempa bumi dan tsunami Aceh 2004,” jelas Widjo.

Menurutnya, gempa Megathrust Selat Sunda ini juga dapat memicu gelombang tsunami yang lebih dahsyat dibanding gempa Aceh pada 2004.

Widjo menjelaskan, Megathrust Mentawai-Siberut juga dapat berpotensi memicu gempa besar di masa yang akan datang pernah menimbulkan beberapa bencana sejak 1994.

Baca juga
BMKG Ingatkan Gempa M 8,7 di Ujung Kulon: Ini Ancaman Sesungguhnya

Untuk diketahui, Megathrust di wilayah Sumatera tersebut pernah menyebabkan gempa M 8,5 di Nias pada 1994, M 7,9 di Lampung-Bengkulu pada 2000, M 9,3 di Aceh pada 2004, dan M 8,7 di Bengkulu.

“Karena memang hanya di segmen (zona megathrust segmen Mentawai-Siberut) ini yang energi (gempa bumi) terkonsentrasi dan belum release (muncul) di bagian Sumatera," jelas Daryono.

“Hanya satu-satunya di Mentawai-Siberut yang belum release (gempa). Jadi gempa hari ini (Selasa) merupakan bagian dari rangkaian gempa zona megathrust di Segmen Mentawai-Siberut,” tambahnya.

Langkah pencegahan BMKG

BMKG sudah menyiapkan sistem monitoring, processing, dan diseminasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat untuk mengantisipasi potensi gempa dan tsunami akibat megathrust.

Selain itu, BMKG juga memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, dan industri pantai serta infrastruktur kritis, seperti pelabuhan dan bandara pantai.

“Harapan kita, semoga upaya kita dalam memitigasi bencana gempa bumi dan tsunami dapat berhasil dengan dapat menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan zero victim,” kata Daryono.

Artikell lainnya: Bank Indonesia Buka Lowongan Untuk Lulusan S1 dan S2, Ini Syarat Lengkapnya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait