Masyarakat Indonesia selalu memeringati Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas setiap tanggal 2 Mei. Bagaimana sejarahnya?
Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, peringatan Hardiknas setiap 2 Mei pertama kali ditetapkan pada 16 Desember 1959. Tanggal ini dipilih untuk menghormati perjuangan Ki Hajar Dewantara yang lahir pada 2 Mei 1889.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. ama aslinya Raden Mas Suwardi Suryaningrat.
Ki Hajar menyelesaikan pendidikan dasarnya di Eropeesche Legere SchooL (ELS). Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya ke STOVIA, sebuah sekolah kedokteran pada masa Hindia Belanda.
Baca juga
Kisah Aulia Ayub Lulus Dokter Spesialis UGM di Usia 27 tahun dengan IPK Sempurna 4,00
Namun, Ki Hajar gagal menyelsaikan pendidikannya di STOVIA karena sakit. Gagal jadi dokter, dia kemudian memutuskan menjadi wartawan di beberapa media surat kabar seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum muda.
Selama era kolonialisme Belanda, Ki Hajar dikenal sebagai tokoh yang berani berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda. Sebabnya, saat itu pendidikan hanya dapat dinikmati oleh anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi.
Namun kritikan-kritikan itu justru membawa Ki Hajar diasingkan ke Belanda. Saat itu dia diasingkan bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Usai kembali dari pengasingan, Ki Hajar kemudian mendirikan lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Ki Hajar pun juga sempat menjadi Menteri Pendidikan setelah Indonesia merdeka.
Baca juga
Viral Gibran Lulus dengan IPK 2,3, Ini Cara Penilaian di Universitas Luar Negeri
Dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara berpegang pada semboyannya yakni "ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Adapun arti dari semboyan tersebut adalah: Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik) Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide) Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan)
Hingga kini, tiga semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara tersebut terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.
Atas jasa-jasanya mengembangkan pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara pun ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Tidak hanya itu, hari kelahirannya juga ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hal tersebut ditetapkan dalam Surat Keputusan Presiden RI No.305 tahun 1959.
Tema Hari Pendidikan Nasional 2024
Untuk Hardiknas 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan tema bertajuk "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar."
Selain itu, Kemendikbudristek juga mencanangkan bulan Mei tahun 2024 sebagai Bulan Merdeka Belajar.
Bulan Merdeka Belajar merupakan rangkaian dari peringatan Hari Pendidikan Nasional. Sepanjang bulan Mei ini Kemendikbudristek kerap menggelar kegiatan yang melibatkan para pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk merayakan transformasi dalam bidang pendidikan.
Tidak hanya itu, bulan ini juga menjadi momen refleksi dan evaluasi terhadap para pegawai Kemendikbudristek agar bisa memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat khususnya untuk pendidikan.
Artikel lainnya: Kisah Aulia Ayub Lulus Dokter Spesialis UGM di Usia 27 tahun dengan IPK Sempurna 4,00
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News