Menko Polhukam Mahfud MD buka suara soal pengakuan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia atau BEM UI, Melki Sedek Huang yang diintimidasi aparat. Intimidasi juga dialami oleh keluarga Melki di Pontianak, Kalimantan Barat.
Melki Sedek mengaku mendapat intimidasi usai melontarkan kritik pedas soal putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan kepala daerah belum berusia 40 tahun boleh ikut Pilpres 2024. Putusan ini pun melanggengkan langkah Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal cawapres.
Menurut Mahfud MD, menyatakan, aparat tidak boleh melakukan intimidasi terhadap warga negara yang menyuarakan aspirasinya.
"Kalau itu benar terjadi dilakukan oleh aparat polisi itu berarti sangat tidak profesional dan melanggar konstitusi," kata Mahfud MD di Jakarta, Kamis, 9 November 2023.
Baca juga
BEM UI Tantang Anies, Ganjar, Prabowo Debat Terbuka di Kampus: Kalau Punya Nyali
Mahfud menyatakan, Melki Sedek memiliki hak untuk memprotes putusan MK tersebut. Tindakan Melki itu pun dilindungi oleh undang-undang.
"Melki sendiri boleh, apalagi yang diteror keluarga dia orangtuanya yang ada di desa, itu tidak boleh, itu pelanggaran atas asas profesionalitas dan itu tidak boleh terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang punya konstitusi yang sangat ketat untuk itu," ujar dia.
Mahfud MD pun menjelaskan, Presiden Joko Widodo sudah berpesan kepada aparat TNI dan Polri untuk bersikap netral dalam pemilu. Namun, Mahfud mengingatkan, upaya intimidasi itu bisa saja bukan dilakukan aparat, melainkan warga sipil yang mengaku aparat.
"Saya akan mengirim tim dalam waktu dekat ini, untuk bertanya apa betul itu diteror oleh polisi? Kan begitu kan, ya kita lihat saja nanti," kata bakal cawapres Ganjar Pranowo itu.
"Kita pastikan dulu, karena sekarang ini sesama warga sipil juga saling teror lalu nuduh polisi juga ada loh, banyak, begitu, tetapi kalau betul-betul polisi nanti kita tangani," ujar Mahfud.
Pengakuan Ketua BEM UI diintimidasi aparat >>>
Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang, mengaku mendapat intimidasi dari aparat. Intimidasi juga dirasakan oleh keluarganya yang berada di Pontianak, Kalimantan barat.
Melki Sedek menduga intimidasi ini terkait dengan gerakan mahasiswa yang menentang putusan Mahkamah Konstitusi soal syarat minimal usia capres-cawapres yang dipimpin adik ipar Presiden Jokowi, Anwar Usman. Akibatnya, dia kerap mendapat serangan teror dalam berbagai bentuk.
"Saya tidak tahu apapun motifnya, tapi saya punya keyakinan bahwa ini cukup bertalian erat dengan kondisi sosial politik yang hari ini sedang mengudara yang salah satunya adalah tentang hiruk pikuk putusan MK tersebut," kata Melki.
"Paling parah Ibu saya di rumah Pontianak, didatangin sama orang berseragam TNI sama Polisi. Ditanya-tanyainlah kebiasaan Melki di rumah dulu ngapain, ibu saya itu kalau balik ke rumah pernah balik malam enggak, balik jam berapa. Ya menanyakan kebiasaan orang-orang di rumah," jelasnya.
Tak hanya keluarganya, pihak aparat juga mendatangi gurunya di SMA Negeri 1 Pontianak. Orang-orang itu menanyakan soal kebiasaannya saat bersekolah.
Meski demikian, Melki mengaku belum melaporkan kejadian teror itu ke pihak kepolisian. "Sampai sekarang masih wait and see sih," imbuhnya.
Artikel lainnya: B2W Copot Predikat Jakarta Ramah Sepeda, Pj Gubernur Heru Budi Lempar ke Dishub
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News