Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengeluhkan soal rel lengkung LRT Jabodetabek di Kuningan, Jakarta Selatan. Rel atau longspan itu disebut salah desain.
Kartika menjelaskan, akibat dari kesalahan desain itu membuat operasional LRT Jabodebek menjadi terhambat. Sebab, kereta dipaksa untuk melambat agar terhindar dari kecelakaan.
"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," kata Kartika dikutip Rabu, 2 Agustus 2023.
Tiko menjelaskan, longspan itu kurang lebar. Sehingga akan membuat laju kereta melambat.
Baca juga
Resmi! Tarif LRT Jabodebek Rp5.000 Untuk Km Pertama, Terjauh Rp24.978
"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up," ujarnya.
"Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget," jelasnya.
Tiko juga menyoroti soal koordinasi para pihak yang terlibat. Mereka adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk selaku penyedia prasarana, kereta oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, hingga persinyalan oleh PT Len Industri (Persero).
"Di semua proyek besar itu ada sistem integrator, tapi ini enggak ada. Jadi semua komponen proyek itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah," ucapnya.
Hal inilah membuat spesifikasi kereta LRT Jabodebek yang jumlahnya ada 31 rangkaian menjadi berbeda-beda. Sehingga harus ada perbaikan dalam sistem software yang biayanya akan jauh lebih tinggi.
"Karena pra-sarananya waktu dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya. Di Indonesia banyak terjadi begini. Tapi ya itulah, bagian dari belajar, ini harus kita beresin satu-satu," kata dia.
Rel Lengkung LRT Raih Rekor MURI >>>
Untuk diketahui, jembatan lengkung LRT dibangun di atas Tol Dalam Kota. Rel lengkung itu menghubungkan KRL Jabodebek dari MT Haryono menuju kawasan Kuningan.
Rel lengkung ini diketahui memiliki radius 115 meter dengan menggunakan beton seberat 9.688,8 ton.
Rel lengkung LRT ini digarap PT Adhi Karya. Mereka mengklaim menggunakan metode balanced cantilever. Artinya, pembangunan struktur dilakukan dengan memanfaatkan efek keseimbangan yang membuat struktur dapat berdiri dan menahan beban sangat berat tanpa ditopang penyangga sementara.
Dengan teknik seperti itu, maka longspan ini tidak membutuhkan tiang penyangga di tengah. Sebab, jika ada tiang tersebut tentu akan mengganggu ruas Tol Dalam Kota.
Proses konstruksinya menggunakan box girder beton yang memiliki ciri khas berongga pada bagian dalamnya. Box girder ini dipasang dari kedua sisi hingga kemudian bertemu di tengah atau tepatnya di atas jalan tol.
Karena prosesnya yang dinilai cermat, pembangunan rel lengkung atau longspan LRT Jabodenek ini diganjar rekor MURI. Longspan ini dianggap menjadi jembatan terpanjang di Indonesia bahkan mungkin di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News