Kabar liar beredar seiring dengan hebohnya kasus polisi tembak polisi di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022. Salah satunya aroma perselingkuhan antara istri Kadiv Propam dan Brigadir J.
Brigadir J alias Nofransyah Yosua Hutabarat tewas usai baku tembak dengan Bharada E. Menurut keterangan Polri adu tembak terjadi setelah Brigadir J diduga masuk kamar istri Kadiv Propam dan melecehkannya.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto buka suara soal isu perselingkuhan yang beredar. Menurutnya, tidak ada hubungan asmara antara Brigadir J dan istri Kaadiv Propam.
"Tidak ada alat bukti ataupun bukti yang mendukung adanya (hubungan spesial) tersebut. Jadi kami tidak mau berasumsi. Kami hanya berdasar fakta yang kami temukan di TKP," kata Budhi di Jakarta, Selasa, 12 Juli 2022.
Baca juga
5 Fakta Brigadir J Tewas Didor di Rumah Irjen Ferdy Sambo: Masuk Kamar Istri Jenderal
Menurut Budhi, Polres Jaksel bahkan telah menerima dua laporan polisi dari istri Kadiv Propam. Adapun, laporan berkaitan dengan Pasal 335 KUHP dan Pasal 289 KUHP. Pasal 335 berkaitan dengan tindak pidana kekerasan dan Pasal 289 mengatur soal tindak pidana pencabulan.
Menurut Budhi, pihaknya masih mengumpulkan bukti dan fakta terkait dengan laporan istri Irjen Ferdy Sambo itu.
"Tentunya ini juga kami buktikan dan proses karena setiap warga negara punya hak yang sama dimuka hukum sehingga equality before the law," ujar dia.
Baca juga
Brigadir Yosua Masuk Kamar Istri Jenderal Polisi, Lecehkan dan Todongkan Senjata
Meski demikian, Budhi enggan membeberkan secara rinci perbuatan cabul atau pelecehan yang diduga dilakukan Brigadir J kepada istri Kadiv Propam.
"Kami agak sensitif menyampaikan ini. Tentunya itu isu dalam materi penyidikan yang tidak kami ungkap ke publik," ujar Kapolres menandaskan.
Brigadir J tewas tertembak dalam peristiwa yang terjadi di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada 8 Juli. Namun, peristiwa ini baru dibongkar pada Senin, 11 Juli 2022.
Selanjutnya keluarga Brigadir J temukan 6 kejanggalan >>>
Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat mengungkapkan adanya 6 kejanggalan di balik kematian anaknya.
Kejanggalan pertama, kata Samuel, terkait penjelasan Polri yang menyatakan Brigadir J menembak Bharada E secara membabi buta.
"Kalau anak saya yang menembak secara membabi buta, terus kondisi yang ditembak gimana, katanya lagi diperiksa di sana. Nah, logikanya kalau jarak 3 meter tidak mungkin tidak kena kalau terjadi baku tembak," kata Samuel.
Kejanggalan kedua, lanjut Samuel, adalah terkait dengan tidak adanya rekaman CCTV dari peristiwa berdara tersebut. Samuel berharap Polri terbuka dan mengungkap fakta yang berada di CCTV.
"Itu kan rumah perwira tinggi, ya tolong diperlihatkan CCTV-nya," ujarnya.
Baca juga
Jari Brigadir J Putus dan Ada Luka Sayatan, Polisi Buka Hasil Autopsi
Kejanggalan ketiga yang disorot Samuel adalah soal tingkah Brigadir J sebelum dikabarkan meninggal dunia. Menurutnya, sebelum kejadian, Brigadir J intens berkomunikasi dengan keluarga.
"Waktu itu masih aktif chatingan, setiap foto-foto selalu di komentari. Dia bilang enak ya, katanya sama adiknya," kata Samuel Hutabarat.
Menurutnya, usai mengirimkan chat terakhir, keberadaan Brigadir J sudah tidak diketahui lagi. Hal itu berlangsung hingga tujuh jam kemudian, pihak keluarga sulit menghubungi Yosua.
Baca juga
Ayah Brigadir J Ungkap 6 Kejanggalan Kematian Anaknya Saat Baku Tembak Polisi
"Semua diblokir, kakaknya dan yang lainnya diblokir," imbuh Samuel Hutabarat yang mengaku akhirnya mendapat kabar putranya meninggal dunia.
Kejanggalan keempat, menurut Samuel terkait dengan tindakan autopsi yang dilakukan Polri tanpa adanya persetujuan dari pihak keluarga.
Hingga akhirnya, Samuel kaget saat melihat tubuh anaknya yang yang terdapat luka lebam dan luka tembak.
"Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas autopsi yang dilakukan," tegas Samuel Hutabarat.
Kejanggalan kelima, menurut Samuel adalah terkait adanya larangan bagi pihak keluarga melihat jenazah Brigadir J.
"Awalnya kita dilarang, tapi mamaknya maksa mau lihat dan pas dilihat saya langsung teriak lihat kondisi anak saya badannya lebam, mata kayak ditusuk dan ada luka tembak," ujar Samuel Hutabarat.
"Misalnyapun anak saya salah, ya jangan disiksa begitu," ujarnya.
Kejanggalan keenam yang dirasakan pihak keluarga adalah ponsel milik Brigadir J yang diduga mengalami peretasan. Menurutnya ponsel tersebut bahkan tidak dapat lagi mengakses media sosial dan WhatsApp.
"Ya terakhir tadi malam masih bisa dipakai, pas pagi sudah tidak bisa lagi," kata Samuel Hutabarat.
"Saya minta kepada pak Jenderal Listyo Sigit Prabowo, supaya ada perhatiannya dan membentuk tim pencari fakta yang murni atas perintah bapak sebagai Kapolri," ungkap Samuel Hutabarat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News