Status Gunung Anak Krakatau naik dari Level III menjadi Siaga. Kenaikan ini terjadi karena selam April 2022, Gunung Anak Krakatau menunjukkan peningkatan aktivitas dan tercatat sering terjadi letusan hingga mengeluarkan lava.
Berdasarkan surat bernomor 184.Lap/GL.05/BGL/2022, Badan Geologi menjelaskan, karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1–6 tahun.
Berdasarkan keterangan dari surat itu disebutkan, erupsi Gunung Anak Krakatau menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava. Erupsi atau letusan ini terpantau sejak 1-24 April 2022 melalui pos pantau di Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, dan pos pantau di Kalianda, Lampung.
Letusan Gunung Anak Krakatau membuat tinggi kolom hembusan sekitar 25-3.000 meter dari atas puncak. Arah hembusan tergantung arah angin, namun umumnya abu vulkanik mengarah ke Utara, timur laut, tenggara, selatan, barat daya, barat laut dan tenggara.
Dalam kurun 1-24 April juga tercatat terjadi 21 kali gempa letusan, 155 kali gempa hembusan, 14 kali harmonik, 121 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan Tremor terus menerus dengan amplitudo 0.5-55 mm. Lalu, terekam 2 kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh dan 1 gempa terasa dengan skala I MMI.
"Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam sejak 15 April 2022," tulis surat itu dikutip Senin, 25 April 2022.
"Pengukuran deformasi dengan menggunakan Tilmeter yang dipasang di Stasiun Tanjung menunjukkan fluktuasi komponen X (tangensial) dan Y (radial). Inflasi pada tubuh Gunung Anak Krakatau teramati sejak tanggal 18 April 2022 dan sedikit mulai intens teramati sejak tanggal 22 April 2022," lanjut surat itu.
Letusan Gunung Anak Krakatau pun mengalami perubahan tipe. Semula dominan abu menerus. Kini menjadi tipe atrikbolian menghasilkan lontaran lava pijar pada tanggal 17 April 2022.
"Data emisi SO2 berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari, 15 April 68,4 ton/hari, 17 April semakin meningkat dengan 181,1 ton/hari dan 23 April melonjak drastis dengan 9219 ton/hari," bunyi kutipan selanjutnya.
Gunung Anak Krakatau mulai muncul di Perairan Selat Sunda sejak Juni 1927. Sejak kelahirannya, gunung itu sering mengalami letusan.
Kemudian pada 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami letusan yang menyebabkan tsunami. Letusan itu juga menyebabkan runtuhnya tubuh Gunung Anak Krakatau di bagian barat daya.
Akibat letusan itu, Gunung Anak Krakatau yang sebelumnya memiliki ketinggian 338 meter di atas permukaan laut, turun menjadi 110 meter. Namun, kini ketinggian Gunung Anak Krakatau mulai meningkat menjadi 157 meter di atas permukaan laut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News