Ramai-ramai Mahasiswa Kritik Jokowi, BEM FISIP UGM: Kami Dukung Jokowi, tapi Bohong!

  • Arry
  • 17 Jul 2021 16:10
Presiden Joko Widodo atau Jokowi(Lukas/BPMI Setpres)

Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM kembali mengkritisi Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Kali ini giliran BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran atau Unpad Bandung yang melakukannya.

Dalam akun sosial medianya, Instagram dan Twitter, BEM FISIP Unpad mengunggah gambar dukungan mereka kepada Jokowi. Namun, ada poster tambahan lagi yang diunggah mereka.

"Kami Bersama Presiden Jokowi," unggah poster di IG @bemfisipunpad yang dilihat Sabtu, 17 Juli 2021.

"Tapi boong," bunyi poster di halaman ke-2 unggahan itu.

Unggahan Instagram BEM FISIP Unpad

Pada poster lainnya, BEM FISIP menampilkan sejumlah poin berisi kritik atas kinerja Jokowi. Terdapat lima poin kritik diutarakan mulai dari Jokowi yang dinilai antikritik hingga bagi-bagi jabatan pada keluarga dan kerabat dekat untuk menduduki jabatan pejabat publik bahkan komisaris di BUMN.

"Mulai dari beda instruksi, beda pelaksanaan tentang KPK, carut marut penanganan Covid, hingga bagi-bagi kursi kepada keluarga dan rekan dekat," tulis keterangan dalam unggahan.

Setelah menyampaikan lima poin kritik, unggahan lalu diakhiri dengan sebuah poster yang memperlihatkan wajah Jokowi disertai dengan tulisan 'Orde (paling) Baru'. Sementara itu, di bagian latar potret tersebut terlihat adanya tulisan 'Rezim Linglung'.

"Melihat banyaknya kritik terhadap Presiden Jokowi yang dilayangkan oleh berbagai elemen masyarakat termasuk mahasiswa belakangan ini maka dengan ini kami memilih untuk berdiri bersama Presiden Jokowi." tulis @bemfisipunpad.
⁣
"Dengan syarat Presiden Jokowi beserta jajarannya menuntaskan seluruh janji dan omongannya serta senantiasa berpihak kepada rakyat Indonesia!" lanjutnya.

" Namun faktanya hari ini masih seringkali kita jumpai rangkaian kebijakan yang absurd dan tidak sesuai dengan omongan Presiden Jokowi. Mulai dari kriminalisasi masyarakat adat, carut marut penanganan covid, hingga pembungkaman kebebasan berpendapat. Lalu, dimana komitmen Presiden Jokowi untuk menyelaraskan omongan dengan kebijakan?⁣" bebernya.
⁣
"Cepat penuhi janji dan perkataannya Pak. Jangan bohong lagi!⁣" tutup @bemfisipunpad.

 


BEM UI: Jokowi The King of Lip Service

Sebelum BEM FISIP Unpad, BEM Universitas Indonesia juga mengunggah kritikan terhadap Jokowi. Mereka memuat poster "Jokowi The King of Lip Service" di akun Instagram @bemui_official pada 26 Juni 2021.

"Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras," isi unggahan di IG BEM UI.

"Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya. Semua mengindikasikan bahwa perkataan yang dilontarkan tidak lebih dari sekadar bentuk "lip service" semata."

BEM UI turut memuat ilustrasi beserta referensi tautan pemberitaan yang memperlihatkan kontradiksi pernyataan Jokowi.

Mereka menyoroti pernyataan Jokowi yang mengungkapkan dirinya rindu didemo dan meyakini pemerintah perlu dikontrol dengan cara didemo. Pernyataan itu disampaikan ketika Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo.

Kemudian, mereka menyinggung berbagai kejadian yang menimpa massa demonstrasi di bawah kepemimpinan Jokowi. Mulai dari tindak kekerasan terhadap massa aksi demo Omnibus Law Cipta Kerja, aksi Hari Buruh 2021, sampai Hari Pendidikan Nasional 2021.

Pelemahan KPK juga disentil BEM UI dalam postingan tersebut. Jokowi, kata mereka, hanya sebatas mengobral janji manis ketika acap kali menyatakan akan memperkuat lembaga antikorupsi tersebut.

Unggahan Instagram BEM UI

"Berhenti membual, rakyat sudah mual!" tutup unggahan mereka.

Akibat unggahan tersebut, Rektorat UI harus memanggil 10 anggota BEM. Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi (KIP) UI, Amelita Lusia menyebut, pemanggilan itu merupakan bagian dari langkah pembinaan. "Pemanggilan ini adalah bagian dari proses pembinaan kemahasiswaan yang ada di UI," ujar dia.

Tak hanya pemanggilan oleh pihak rektorat, akun sosial media sejumlah pegiat BEM UI juga diretas oleh pihak yang tak jelas.

 


BEM UGM: Jokowi Presiden Orde (Paling) Baru

Sebelum UI dan Unpad mengkritik Jokowi, BEM Universitas Gadjah Mada terlebih dahulu menyindir orang nomor satu di Indonesia itu sebagai presiden orde (paling) baru.

Sindiran itu dilayangkan melalui instagram resminya, @bemkm_ugm tepat saat Jokowi merayakan ulang tahunnya ke-60 pada 21 Juni 2021.

Unggahan Instagram BEM UGM

"Hari ini, 21 Juni 2021 Bapak Presiden Joko Widodo resmi berumur 60 tahun. Dirgahayu Bapak Presiden Jokowi! Panjang Umur dan Sehat Selalu," tulis @bemkm_ugm. 

"Besar harapan dari kami rakyat Indonesia kepada Bapak. Semoga Resolusi Rakyat yang kami sampaikan dapat terkabulkan seiring bertambahnya umur bapak. Sekali lagi Selamat Ulang Tahun Bapak Presiden! Panjang Umur Perjuangan!"

Unggahan dari mahasiswa UGM

Dalam unggahan yang sama, BEM UGM juga melayangkan surat untuk Jokowi. Surat itu terlihat penuh dengan ucapan selamat dalam bentuk satire.

 


Tanggapan Jokowi

Presiden Jokowi telah memberikan tanggapan terkait kritikan yang dilontarkan BEM UI dan BEM UGM. Melalui sebuah video yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (29/6), Jokowi mengatakan, kritikan-kritikan itu merupakan bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi.

"Jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi. Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan. Ya saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat," ujar Jokowi.

Berikut adalah pernyataan lengkap Jokowi:

"Iya, itu kan sudah sejak lama ya. Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter, kemudian ada juga yang ngomong saya ini 'bebek lumpuh', dan baru-baru ini ada yang ngomong saya ini 'Bapak Bipang', dan terakhir ada yang yang menyampaikan mengenai 'The King of Lip Service'.

Ya saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi, jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi. Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan. Ya saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat. Tapi yang saat ini penting, ya kita semuanya memang bersama-sama fokus untuk penanganan pandemi Covid-19."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait