Nama Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo, masuk sebagai salah satu finalis tokoh terkorup di dunia 2024. Daftar ini dirilis oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project alias OCCRP pada akhir 2024.
Masuknya nama Jokowi ini menuai pro dan kontra di Tanah Air. Kini OCCRP pun buka suara soal masuknya nama Jokowi dalam daftar finalis tokoh terkorup di dunia.
Penerbit OCCRP Drew Sullivan dlaam keterangan resminya menyatakan, masuknya nama Jokowi ini merujuk pada pilihan dari para pemilih yang mengritik rezim Jokowi selama berkuasa.
"Kelompok masyarakat sipil dan para ahli mengatakan pemerintahan Jokowi secara signifikan melemahkan komisi antikorupsi Indonesia," kata keterangan resmi di situs OCCRP dikutip Sabtu, 4 Januari 2025.
Baca juga
Jokowi Masuk Nominasi Tokoh Dunia Terkorup 2024 Versi OCCRP
OCCRP menjelaskan, para pemilih menyatakan Jokowi telah menghancurkan lembaga negara, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Mahkamah Konstitusi (MK), demi mendorong putranya, Gibran Rakabuming Raka, maju dalam Pilpres 2024.
Selain itu, OCCRP menyatakan, Jokowi juga dikritik lantaran tindakannya itu untuk menguntungkan ambisi politik putranya, yang sekarang menjadi wakil presiden di bawah presiden RI yang baru Prabowo Subianto.
Meski demikian, OCCRP mengaku tidak memiliki bukti Jokowi terlibat dalam kasus korupsi untuk keuntungan finansial pribadi selama masa jabatannya. Namun pemilihan ini berdasarkan pemungutan suara online.
“Para juri menghargai nominasi warga negara, tetapi dalam beberapa kasus, tidak ada cukup bukti langsung tentang korupsi yang signifikan atau pola pelanggaran yang sudah berlangsung lama," ujar Drew Sullivan.
Baca juga
Jokowi Masuk Finalis Tokoh Terkorup di Dunia Versi OCCRP, Ini Respons KPK
Sullivan pun menilai, ada persepsi kuat di antara warga negara tentang korupsi yang terjadi di negara mereka. Dia menyatakan, hal ini harusnya menjadi peringatan bagi mereka yang masuk dalam nominasi.
"Ini seharusnya menjadi peringatan bagi mereka yang dinominasikan bahwa masyarakat sedang mengawasi dan mereka peduli. Kami juga akan terus mengawasi," tuturnya.
OCCRP menyatakan, seleksi akhir didasarkan pada penelitian investigasi dan keahlian kolektif jaringan organisasi mereka. Penghargaan ini bukan hanya ditujukan untuk menyoroti sistem dan aktor yang memungkinkan terjadinya korupsi dan kejahatan terorganisasi, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat kebutuhan berkelanjutan untuk mengungkap ketidakadilan.
Selanjutnya respons Jokowi >>>
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News