Sinyal mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, memberikan dukungan kepada calon gubernur-wakil gubernur nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno terus menguat. Mereka bahkan sudah melakukan empat kali pertemuan.
Pertemuan pertama terjadi di arena Car Free Day pada 1 September 2024. Saat itu mereka bertemu di depan Hotel Artotel, Senayan, Jakarta. Satu pekan kemudian, mereka kembali bertemu di CFD, tepatnya di dekat Stasiun MRT Bundaran HI.
Pertemuan ketiga terjadi pada 15 November 2024. Saat itu Pramono-Rano berkunjung ke rumah Anies di kawasan Lebak Bulus, Jakarta. Mereka diterima langsung Anis dan istrinya, Fery Farhati. Anies pun menyuguhkan sarapan lontong sayur dan kopi.
Pertemuan keempat terjadi pada 20 November. Pram dan Rano kembali mengunjungi rumah Anies. Kali ini mereka silaturahmi dengan Forum Ulama Habaib (FUHAB). Usai pertemuan, mereka sempat berfoto bersama. Anies pun memberikan pose salam tiga jari.
Baca juga
Anies Kembali Terima Kunjungan Pramono-Rano Karno, Beri Pose Tiga Jari
Jika Anies resmi mendukung Pramono-Rano, para pendukungnya yang dijuluki Anak Abah diharapkan mengikuti jejak untuk mencoblos calon yang diusung PDI Perjuangan itu.
Dengan demikian, Anies juga akan bergabung dengan politisi PDIP, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, untuk memenangkan Pramono-Rano. Hal ini juga sebagai tanda bergabungnya Anak Abah dan Ahoker dalam Pilgub Jakarta 2024.
“Ya mereka ada WA saya bahwa Ahokers bersama Anak Abah akan kompak memenangkan Mas Pram,” kata Ahok pada 17 November 2024.
Sinyal Anies merapat ke kubu Pramono-Rano ini mulai terlihat juga sejak kelompok relawan pendukung Anies Baswedan yakni Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies) bertemu Pramono dan Ahokers pada Jumat, 15 November 2024.
Baca juga
Pramono Anung Harap Anies Hadir di Kampanye Akbar dan Duduk Bareng Ahok33333333333333333333333333333333333
Koordinator Presidium Anies, Laode Basir menilai pertemuan tersebut merupakan tanda dukungan dari Anies.
“Pasca sinyal tegas pertemuan Mas Pram dan Anies, saya ingin sampaikan kepada seluruh pendukung Mas Anies, tanda-tanda apalagi yang masih kau ragukan? Sudah tidak ada keraguan,” kata dia.
Sementara itu, Koordinator Ahokers Soeliyanto Rusli mengatakan pertemuan Ahokers-Anak Abah merupakan sinergi antara relawan Anies dengan Ahok.
“Sudah duduk bareng-bareng, ya kepada teman-teman Ahoker dan teman-teman Anak Abah yang masih ragu, belum menentukan pilihan, ini sudah jelas, sudah sangat jelas sekali,” katanya.
Seperti diketahui, pendukung Anies dan Ahok tidak akur sejak Pilgub Jakarta 2017. Bahkan kedua kubu saling serang dan melontarkan kritik pedas saat Anies dan Ahok memegang jabatan.
Bagaimana sejarah perseteruan Anak Abah dan Ahoker?
Anak Abah identik sebagai pendukung Anies Baswedan. Julukan ini mulai disematkan ke pendukung Anies pada masa Pilpres 2024. Sementara Ahokers merupakan julukan bagi pendukung Ahok sejak Pilgub Jakarta 2017.
Perseteruan ini dimulai pada Pilgub Jakarta 2017. Saat itu Pilgub Jakarta diikuti tiga paslon yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
AHY-Sylviana diusung Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN. Sementara Anies-Sandiaga diusung Partai Gerindra dan PKS. Sedangkan Ahok-Djarot diusung PDIP, Golkar, Hanura, NasDem.
Perseteruan ini sudah memanas sejak awal kampanye Pilgub Jakarta. Anies-Sandiaga dinilai mengusung isu bernada religius. Sedangkan Ahok-Djarot lebih nasionalis. Dampaknya isu-isu politik identitas sering menjadi bumbu-bumbu dalam kampanye.
Puncak perseteruan ini terjadi saat Ahok 'terpeleset' kasus penistaan agama. Peristiwa itu terjadi saat Ahok, yang merupakan petahana Gubernur Jakarta, melakukan agenda resmi Pemprov di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada September 2016.
Saat itu, Ahok sempat berpidato yang dinilai kontroversial yang menyinggung soal isu Pilgub Jakarta. Pidato ini sempat diunggah di kanal YouTube Pemprov DKI Jakarta.
Dalam pidatonya, Ahok menyatakan orang Indonesia tidak boleh dibohongi oleh orang-orang yang menggunakan surah Al-Ma'idah ayat 51, supaya tidak memilih calon non-Muslim.
Pernyataan itu mengundang kontroversi. Hal ini pun membuat peta politik memanas dan dibumbui dengan aksi berseri yakni 4 November atau 411 dan Aksi 2 Desember atau 212 pada 2016. Saat itu massa menunut agar Ahok ditahan atas penistaan agama.
Ahok pun akhirnya menjadi tersangka dan dibawa ke pengadilan. Meski masih diperbolehkan ikut Pilgub Jakarta, Ahok akhirnya kalah suara dari Anies. Ahok kemudian dijebloskan ke penjara pada Mei 2017. Sedangkan Anies terpilih menjadi Gubernur Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Usai Anies terpilih, dia kerap mendapat kritikan pedas dari Ahok dan Ahokers terkait seluruh kebijakannya, terutama soal penanganan banjir. Bahkan hal ini terus berlangsung hingga Anies ikut dalam Pilpres 2024.
Meski demikian, usai pilpres berlangsung, Anies yang gagal terpilih, kemudian sempat dijagokan oleh PDIP untuk menjadi Cagub. Hal ini pun memunculkan wacana Anies-Ahok di Pilgub Jakarta.
Pada akhirnya duet itu gagal. PDIP lebih memilih pasangan Pramono Anung-Rano Karno untuk ikut dalam Pilgub Jakarta 2024.
Artikel lainnya: Rekomendasi 6 Destinasi Wisata Murah di Bogor
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News