Kepolisian Manchester Inggris atau Greater Manchester Police merilis foto predator seks asal Indonesia, Reynhard Sinaga, dengan wajah babak belur.
Foto itu diambil usai polisi menangkap Reynhard terkait kasus pemerkosaan yang dilakukannya terhadap sesama pria. Diduga luka di wajah Reynhard itu berasal dari pukulan korban.
Dikutip dari laman BBC, Reynhard Sinaga ditangkap ketika salah satu korban sadar usai dibius dan diperkosa. Korban kemudian melawan pelaku sebelum melaporkannya ke polisi.
Reynhard telah divonis 40 tahun penjara dan dinyatakan bersalah melakukan 159 pelanggaran, termasuk 136 perkosaan dan delapan percobaan perkosaan. Persidangan dilakukan sejak Juni 2018 hingga Desember 2019.
Reynhard dinyatakan terbukti membujuk banyak pria ke apartemennya di Manchester, dan kemudian membius korbannya lalu memerkosa mereka. Tak hanya itu, dia juga merekam aksinya itu dengan kamera.
Saat menyita telepon Reynhard, polisi menemukan bukti dia merekam setiap aktivitas seksual yang dilakukannya. Terdapat banyak video dengan durasi total hingga ratusan jam. Polisi pun langsung menyebut kasus ini sebagai kasus pemerkosaan terbesar di Inggris.
Detektif Sersan Kimberley Hames-Evans menyatakan, rekaman video yang disitanya sangat mengerikan. "Ada video pria muda yang dilecehkan dan diperkosa secara seksual," katanya.
"Kami mendapat banyak laporan pemerkosaan, tetapi jarang Anda benar-benar melihatnya dengan mata kepala sendiri."
Kimberley menyatakan, saat itu kondisi para korban juga sangat menyedihkan. "Mereka menjadi sangat pendiam dan saya bisa melihat warna mereka pucat saat diceritakan. Hanya ekspresi 'oh my God' yang mereka katakan," ujarnya.
Daniel, salah satu korban Reynhard Sinaga, mengaku telah ditawari konseling. Namun hal itu tidak dapat membantunya.
Jaksa penuntut utama, Iain Simkin, menyatakan kejahatan yang dilakukan Reynhard Sinaga sangat biadab. Bahkan tindakannya itu "lebih buruk dari cerita horor".
Pengacara Crown Prosecution Service berharap, kasus ini dapat meningkatkan kesadaran akan pemerkosaan pria. Bahkan dia menggambarkannya sebagai "representasi grafis dari bagian terburuk sifat manusia".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News