Dicari Jokowi, Oseltamivir dan Azithromycin Tak Lagi Direkomendasikan Jadi Obat Covid

  • Arry
  • 25 Jul 2021 06:03
Ilustrasi obat-obatan(Pexels/pixabay)

Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengecek langsung ketersediaan obat terapi Covid di sebuah apotek di Bogor, Jawa Barat. Dia mencari obat seperti Oseltamivir, Azithromycin, vitamin D3, dan Zinc.

Namun, ternyata kedua obat itu sudah dikeluarkan dari daftar obat yang direkomendasikan diberikan untuk pasien Covid-19 sejak 14 Juli 2021. Padahal, sebelumnya kedua obat tersebut direkomendasikan untuk pasien virus corona gejala sedang-ringan yang menjalani isolasi mandiri.

Baca Juga: Jokowi Blusukan Cari Obat Terapi Covid-19

"Ini ada dalam panduan dan riset, yakni tidak diberikan pada kondisi ringan maupun sedang. Sehingga tidak digunakan untuk terapi Covid-19," kata dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) Rara Diah Handayani, pada 16 Juli 2021.

Keputusan revisi protokol tata laksana Covid-19 itu dikeluarkan oleh lima organisasi profesi dokter di Indonesia.

Lembaga tersebut adalah Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), serta Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN).

Revisi protokol tatalaksana Covid-19 menyatakan Oseltamivir cuma direkomendasikan bagi pasien coronavirus yang diduga juga terinfeksi oleh virus influenza.

Adapun Azithromycin hanya direkomendasikan pada pasien COVID bila ada kecurigaan ko-infeksi (infeksi simultan) dengan mikroorganisme atipikal.

Rara menilai adanya usulan perubahan rekomendasi obat Oseltamivir dan Azithromycin dinilai wajar terjadi, lantaran menyesuaikan perkembangan terkini hasil evaluasi dan bukti klinik penggunaan obat.

Untuk obat Oseltamivir dan Azithromycin yang sekarang masih digunakan untuk terapi rutin, Rara menyarankan agar obat tersebut hanya dikonsumsi jika pasien Covid-19 mengantongi anjuran dokter tidak boleh dibeli dengan bebas.

"Intinya, akan lebih baik jika kita benar-benar berkonsultasi kepada ahli sebelum mendapatkan terapi," terangnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait