Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI menemukan ada 152 kasus gangguan ginjal akut pada anak-anak. Berdasarkan laporan terbaru, sebanyak 36 di antaranya meninggal dunia.
IDAI menjelaskan, 152 kasus itu ditemukan sejak Januari hingga Oktober 2022. Dan pada bulan September, kasus gangguan ginjal akut anak-anak ini meningkat signifikan.
Berdasarkan data dari IDAI hingga Jumat 14 Oktober, 152 kasus itu tersebar di 16 provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi Kepulauan Riau, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.
"Awalnya kami menduga terkait dengan COVID-19, merupakan suatu MIS-C (peradangan di organ dalam). Tapi setelah di-tata laksana dengan MIS-C, ternyata hasilnya berbeda dengan MIS-C sebelumnya. Penyebabnya memang belum konklusif," ungkap dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dalam konferensi pers daring.
Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, Dr Yanti Herman, menjelaskan, salah satu gejala utama dari gagal ginjal akut pada anak ini adalah terjadinya penurunan drastis volume air kencing yang dikeluarkan.
"Penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi penyaringan ginjal. Biasanya ditandai dengan peningkatan nitrogen urea darah dan/atau penurunan sampai tidak ada produksi urin sama sekali," jelas dr Yanti.
Yanti menjelaskan, gangguan ginjal akut pada anak ini umumnya terjadi pada anak usia 0-18 tahun dengan mayoritas balita. Selain itu, penderita tidak tidak memiliki riwayat kelainan ginjal, hingga tidak mengalami demam atau gejala infeksi lain dalam 14 hari terakhir.
"Kita harapkan masyarakat tetap tenang dan tidak panik, tetap waspada, dan pahami betul tentang bagaimana cara mengenali apakah urinnya cukup atau tidak. Jumlah urin yang cukup adalah 1 cc per-kilogram berat badan dan per-jam," sebut dr. Piprim Yanuarso.
Selanjutnya Dinkes Jakarta dan Bali Laporkan kematian akibat gangguan ginjal misterius pada anak>>>
Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan, terjadi 42 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Jakarta. Data ini dikumpulkan sejak 1 Januari hingga 13 Oktober 2022.
Kasus itu terdiri dari 29 pasien laki-laki dan 13 pasien perempuan. Sedangkan 37 kasus diantaranya adalah kasus pada balita dan lima kasus usia 5-18 tahun.
Dinkes DKI Jakarta mencatat, sudah 25 anak meninggal dunia akibat penyakit gangguan ginjal akut misterius itu. Sementara 7 menjalani rawat inap, dan 10 pasien sembuh.
"Kami berkolaborasi, bersinergi antara pusat dan daerah. Itu menjadi penting karena sama-sama hal yang relatif baru," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti pada Minggu, 16 Oktober 2022.
Kasus kematian juga dilaporkan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Sebanyak 11 pasien gangguan ginjal pada anak di Bali meninggal dunia akibat penanganan yang terlambat.
"Awalnya kami enggak tahu dan kaget kenapa bisa terjadi korban. Tiba-tiba pasien datang dan kami semua kaget, karena pasien mengalami gagal ginjal dan cuci darah sudah terlambat," kata Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Nyoman Gede Anom.
"Kasus yang meninggal dari 17 (pasien) itu, (ada) 11 orang meninggal. Dan rata-rata meninggal dalam keadaan fungsi ginjal sangat terminal, yang kita sebut gagal ginjal akut, susah kalau sudah keadaan itu," kata Ketua IDAI Bali, IGN. Sanjaya Putra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News