Surah Al Kahfi disebut juga Ashabul Kahf. Ini merupakan surah ke-18 dalam kitab suci Alquran. Surah Al Kahfi terdiri dari 110 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah.
Nama Al Kahfi atau Ashabul Kahf sendiri memiliki arti "Penghuni-penghuni Gua". Ulama asal Mesir yang berdakwah di Indonesia, Syekh Ahmad al Misry, memaparkan rahasia dan pesan tersembunyi di balik Surah Al Kahfi.
"Al Kahfi bermakna gua. Kata ini merujuk pada fenomena sekelompok pemuda yang bersembunyi di dalam gua dan dijuluki sebagai Ashabul Kahfi atau penghuni gua," jelas Syekh Ahmad al Misry dalam video ceramahnya di kanal YouTube Permata Qalbu.
Peristiwa Ashabul Kahfi terjadi jauh sebelum Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam diutus ke bumi. Kisahnya ada tujuh pemuda beriman melarikan diri dari kekejaman Raja Dikyanus. Mereka bersembunyi di sebuah gua bersama seekor anjing dan memohon perlindungan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Ketujuh pemuda itu kemudian tertidur di dalamnya selama 309 tahun. Setelah bangun, kondisi tubuh mereka masih seperti sediakala, tidak membusuk. Allah Azza wa jalla menunjukkan kuasanya lewat tujuh pemuda beriman tersebut.
"Di dalam Surah Al Kahfi banyak sekali menjelaskan mengenai beragam macam fitnah dunia, yaitu fitnah harta, fitnah jabatan, fitnah ilmu dan fitnah agama," terang Syekh Ahmad al Misry.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda:
"Barangsiapa yang membaca Surah Al Kahfi sebagaimana yang diturunkan, maka ia akan diliputi cahaya dari tempatnya hingga ujung Makkah."
Imam Muslim juga meriwayatkan hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang artinya:
"Barangsiapa yang menghafal 10 ayat pertama/terakhir Surah Al Kahfi akan terpelihara dari fitnah dajjal."
Allah Subhanahu wa ta'ala menyampaikan sebuah nilai kehidupan melalui kisah yang terdapat dalam Surah Al Kahfi. Syekh Ahmad al Misry menjelaskan mengenai pembagian kisah fitnah dunia yang terdapat di dalamnya.
"Pertama ada fitnah agama, yang dijelaskan dalam ayat 9–26. Dalam ayat ini dijelaskan mengenai sekelompok pemuda yang melarikan diri karena dipaksa oleh rajanya pada masa itu untuk tidak melaksanakan ibadah, sehingga sekelompok pemuda tersebut memilih untuk berdiam diri di dalam sebuah gua," jelasnya.
"Kedua, fitnah harta yang tertuang dalam ayat 32–44. Dalam hal ini agar kita terhindar dari fitnah harta, kita harus memahami mengenai hakekat dunia dan menyibukkan diri untuk amal akhirat."
Ketiga adalah fitnah ilmu pengetahuan yang tercatat dalam ayat 60–82. Dalam ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa Alaihissallam yang bertemu dengan Nabi Khidir Alaihissallam.
Nabi Musa Alaihissallam merasa sudah pintar dalam memahami banyak keilmuan, kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkannya untuk menemui seseorang di suatu tempat sebagai pelajaran bahwa di sisi orang yang pintar ada yang lebih pintar. Bertemulah Nabi Musa dengan Nabi Khidir Alaihissallam.
"Kita bisa mencegah fitnah ilmu pengetahuan ini dengan cara tawadhu, merendahkan diri di depan orang lain dan Allah Subhanahu wa ta'ala dan jangan mudah tertipu dengan ilmu yang kita miliki,” terang Syeikh Ahmad al Misry.
Keempat adalah fitnah kekuasaan yang dijelaskan dalam ayat 83–89. Ini mengisahkan tentang seorang raja bernama Zulkarnaen.
"Untuk mencegah dari fitnah kekuasaan, kita mesti belajar seperti halnya Raja Zulkarnaen yang selalu ikhlas dalam mengabdi kepada umatnya dan ingat pada akhirat," jelasnya.
Wallahu a'lam bishawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News