Iduladha 1442 hijriyah akan jatuh pada 20 Juli 2021. Pemerintah telah meminta agar masyarakat yang tinggal di zona merah Covid-19 agar melaksanakan sholat Iduladha di rumah saja.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menyatakan, pelaksanaan sholat Ied di rumah saja di saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat untuk melindungi penyebaran Covid-19.
"Kemenag mempersilakan umat muslim untuk tetap melaksanakan takbiran tetapi di rumah saja. karena itu tidak mengurangi sama sekali makna dari takbiran," kata Menteri Yaqut.
"Tidak ada pelaksanaan salat Iduladha di masjid atau lapangan pada wilayah PPKM darurat. Jadi, di wilayah PPKM Darurat, takbiran dan Salat Id dilakukan di rumah masing-masing," tegasnya.
Usai pelaksanaan Sholat Ied, disunahkan untuk berkhotbah.
Dalam kitab al-Fiqh al-Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î karya Musthafa al-Khin, Musthafa al-Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji diterangkan bahwa berbeda dari shalat Jumat, khotbah pada shalat ied dilaksanakan setelah shalat dua rakaat usai, bukan sebaliknya.
Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim menjelaskan bahwa Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar juga menunaikan dua shalat ied sebelum khotbah.
Hukum khotbah dalam shalat id memang sunnah. Namun, ketika dikerjakan ia harus tetap memenuhi rukun khotbah.
Rukun khotbah pada shalat id tidak berbeda dari rukun khotbah pada shalat Jumat, yakni memuji Allah, membaca shalawat, berwasiat tentang takwa, membaca ayat Al-Qur'an pada salah satu khotbah, serta mendoakan kaum Muslimin pada khotbah kedua.
Khatib yang disyaratkan berdiri (bila mampu) saat berkhotbah disunnahkan menyela kedua khotbah dengan duduk sebentar. Sebagaimana diungkap dalam hadits Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah yang berkata:
“Sunnah seorang Imam berkhotbah dua kali pada shalat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan memisahkan kedua khotbah dengan duduk.” (HR Asy-Syafi’i)
Pada khotbah pertama khatib disunnahkan memulainya dengan membaca takbir hingga sembilan kali, sedangkan pada khotbah kedua membukanya dengan takbir tujuh kali.
Saat khotbah berlangsung, jamaah diperintahkan untuk tenang, mendengarkannya secara seksama, agar memperoleh proses kesempurnaan shalat id.
Namun, apakah Anda sudah menyiapkan naskah untuk khotbah Iduladha? Jika belum, kami kumpulkan beberapa contoh khotbah yang dikumpulkan dari sejumlah sumber:
1. Hakikat Pengorbanan di Masa Pandemi >>>
Hakikat Pengorbanan di Masa Pandemi
Khutbah Pertama
اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙبر
Ùا Ø¥Ù٠إÙا اÙÙÙØ Ø§ÙÙ٠أÙبر اÙÙ٠أÙØ¨Ø±Ø ÙÙÙ٠اÙØÙ
د.
اÙØÙ
د ÙÙ٠اÙÙرÙÙ
اÙÙ
ÙاÙØ Ø°Ù Ø§ÙجÙد ÙاÙØ¥ØساÙØ Ùارج اÙÙرب غاÙر اÙØ°ÙØ¨Ø Ø°Ù Ø§ÙØ·ÙÙ Ùا Ø¥Ù٠إÙا Ù٠اÙرØÙÙ
اÙÙ
تعاÙØ
اشÙد ا٠Ùا اÙ٠اÙا اÙÙÙ ÙأشÙد Ø£Ù Ù
ØÙ
دÙا عبد٠ÙرسÙÙÙØ Ø£Ùض٠اÙصÙاة ÙأتÙ
اÙسÙاÙ
عÙ٠سÙدÙا Ù
ØÙ
Ø¯Ø ÙعÙ٠آÙÙ ÙصØب٠أجÙ
عÙÙØ ÙÙ
٠تبعÙÙ
بإØسا٠إÙÙ ÙÙÙ
اÙدÙÙØ Ø£Ù
ا بعد:
ÙÙا عباد اÙÙÙ! اÙصÙÙÙ
ÙاÙا٠بتÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙد Ùاز اÙÙ
تÙÙÙ
Keluargaku yang semoga senantiasa dirahmati Allah. Alhamdulillah, pagi hari ini kita sama-sama merayakan lebaran Iduladha, walaupun dengan menerapkan protokol kesehatan. Kita tidak sendiri melakukan hal demikian itu, sebab banyak umat Islam di dunia juga melakukan hal serupa. Bahkan, saudara kita yang mengerjakan ibadah haji dan umrah di Tanah Suci juga diperketat di dalam melaksanakan rangkaian manasik haji dan umrahnya. Tujuannya supaya kita semua ummat Islam terlindungi dan terjaga kesehatannya serta khusu' dan nyaman dalam beribadah kepada Allah Swt.
Syekh Izzuddin Abdussalam berkata:
٠٠سعادت٠ÙزÙÙ Ù ÙبÙتÙØ ÙتÙرغ٠Ùعبادة ربÙØ ÙاÙسعÙد Ù Ù Ùز٠بÙتÙØ ÙبÙ٠عÙ٠خطÙئتÙØ Ùاشتغ٠بطاعة اÙÙÙ
Artinya: Termasuk keberuntunganku adalah dapat berdiam diri di dalam rumahku, dan meluangkan waktu untuk beribadah kepada Tuhan-ku. Orang yang beruntung ialah orang lebih banyak berdiam di dalam rumah, ia menangis karena menyesali dosanya, dan ia menyibukkan diri untuk taat beribadah kepada Allah.
Dengan demikian, apa yang kita lakukan sekarang ini merupakan cara meraih keuntungan hidup. Terlebih sekarang ini kita masih dalam masa pandemi. Apa yang kita lakukan ini bukan semata-mata untuk keberuntungan diri kita pribadi, tapi juga untuk keberuntungan orang banyak.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, bersumber dari riwayat Saad bin Malik, Beliau bersabda:
إذا Ùا٠اÙطاعÙ٠بأرض ÙÙا تÙبطÙا عÙÙÙØ Ùإذا Ùا٠بأرض ÙØ£Ùت٠بÙا ÙÙا تÙرÙا Ù ÙÙ
Artinya: Jika terjadi wabah tha'un di satu wilayah, maka janganlah kalian masuk di dalamnya. Dan jika kalian berada di dalam wilayah itu, maka janganlah kalian lari darinya.
Keluargaku yang semoga senantiasa dimuliakan Allah. Iduladha mengajarkan kita tentang arti penting pengorbanan dengan cara mengeluarkan apa yang terbaik dari milik kita untuk disedekahkan di jalan Allah Swt. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda:
ع٠اب٠عباس رض٠اÙÙ٠عÙÙ٠ا ع٠اÙÙب٠- صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙسÙÙ - Ùا٠: ٠ا ٠٠أÙا٠اÙع٠٠اÙصاÙØ ÙÙÙا Ø£Øب اÙ٠اÙÙÙ Ù Ù Ùذ٠اÙØ£Ùا٠-ÙعÙ٠اÙØ£Ùا٠اÙعشر- ÙاÙÙا Ùا رسÙ٠اÙÙÙ ÙÙا اÙجÙاد Ù٠سبÙ٠اÙÙÙ Ùا٠ÙÙا اÙجÙاد Ù٠سبÙ٠اÙÙ٠إÙا رج٠خرج بÙÙس٠Ù٠اÙÙ Ø«Ù ÙÙ Ùرجع Ù Ù Ø°Ù٠بشÙØ¡. (رÙ٠اÙبخار٠Ù٠صØÙØ)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada amalan shalih yang lebih dicintai Allah daripada beramal di hari-hari ini --maksudnya hari-hari yang sepuluh. Sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, walaupun jihad fi sabililah? Beliau menjawab: Ya, walaupun jihad fi sabililah, kecuali seseorang yang keluar rumah dengan membawa jiwa dan hartanya, lalu dari harta yang dikeluarkannya itu dia tidak membawa pulang lagi suatu apapun.” (HR.Al-Bukhari)
Hadits ini menggambarkan betapa mulianya seseorang yang mau berkorban dengan mengulurkan apa yang dimilikinya untuk orang lain pada 10 hari awal bulan Zulhijjah yang terhitung berakhir pada saat kita merayakan Iduladha. Dalam al-Quran Surat al-Kautsar ayat 2 juga dijelaskan:
Ùص٠Ùرب٠ÙاÙØر
Artinya: lalu sembahlah Tuhan-mu dan berkurbanlah kamu!
Hewan kurban yang kita sembelih dan daging kurban yang kita bagi-bagikan pada dasarnya adalah bentuk ketaatan kita menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, yaitu yang disebut dengan takwa. Allah Swt dalam Al-Qur'an Surat al-Hajj ayat 37 berfirman:
ÙÙÙ ÙÙÙÙاÙÙ Ù±ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØÙÙÙ ÙÙÙا ÙÙÙÙا دÙÙ ÙاÙؤÙÙÙا ÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ ÙÙÙÙاÙÙÙÙ Ù±ÙتÙÙÙÙÙÙÙÙ° Ù ÙÙÙÙÙ Ù
Artinya: Allah tidak menerima dagingnya dan darahnya melainkan dari kurban itu Dia menerima taqwa dari kalian.
Seseorang yang berkurban sama halnya ia membuang jauh-jauh tabiat buruknya, sikap egoisnya, keserakahannya dan lain sebagainya. Orang yang mampu melakukan itu maka dirinya menjadi pribadi mulia sebagaimana ciri-ciri orang bertakwa.
Mudah-mudahan kita ummat Islam semua memiliki kepribadian mulia seperti itu. Minimal kita tidak egois mementingkan hasrat pribadi, melainkan bijaksana dengan memahami dan menghormati kepentingan orang lain di sekitarnya. Lebih utama lagi apabila kita pada kondisi sekarang ini dapat berkurban dan berbagi kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Semoga Allah Swt mendengarkan dan mengabulkan doa kita semua. Segala persoalan hidup dan kebutuhan hajat hidup kita, semoga dipenuhi semua oleh Allah Swt.
بار٠ااÙÙÙ ÙÙ ÙÙÙÙ ÙجعÙÙا ٠٠اÙÙ ØÙÙظÙÙ ÙاÙغاÙÙ ÙÙ ÙاÙ٠رزÙÙÙÙ
Khutbah Kedua
اÙÙ٠اÙبر اÙÙ٠اÙبر اÙÙ٠اÙبر اÙÙ٠اÙبر اÙÙ٠اÙبر اÙÙ٠اÙبر اÙÙ٠اÙبر Ùا اÙ٠اÙا اÙÙÙ ÙاÙÙ٠اÙبر ÙÙÙ٠اÙØÙ
د
اÙØÙ
د ÙÙ٠رب اÙعاÙÙ
ÙÙØ ÙÙØÙ
د Ù٠اÙسراء ÙاÙØ¶Ø±Ø§Ø¡Ø ÙÙ٠اÙعاÙÙØ© ÙاÙبÙØ§Ø¡Ø ÙÙا ÙÙØÙ
د عÙÙ ÙÙ Øا٠سÙاÙ
اشÙد ا٠Ùا اÙ٠اÙا اÙÙÙ ÙأشÙد Ø£Ù Ù Ø٠دÙا عبد٠ÙرسÙÙÙØ ÙصÙ٠اÙÙÙ ÙسÙ٠عÙÙ ÙبÙÙ Ù Ø٠د اب٠عبد اÙÙÙ ÙعÙ٠اÙÙ ÙاصØاب٠ا٠ا بعد.
ÙÙا عباد اÙÙÙ! اÙصÙÙÙ
ÙاÙا٠بتÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙد Ùاز اÙÙ
تÙÙÙ
Ùا٠اÙÙ٠تعاÙ٠ا٠اÙÙÙ ÙÙ
ÙاءÙت٠ÙصÙÙ٠عÙ٠اÙÙب٠ÙااÙÙا اÙØ°Ù٠اÙ
ÙÙا صÙÙا عÙÙÙ ÙسÙÙ
Ùا تسÙÙÙ
ا. Ùا ربÙا ص٠عÙÙ Ù
ØبÙب٠ÙسÙÙ
عÙ٠اÙÙ ÙاصØاب٠اجÙ
عÙÙ
Ùا اÙÙÙ Ùا Ù
Øس٠Ùا Ù
جÙ
Ù Ùا Ù
تÙض٠Ùا Ù
ÙرÙ
Ùا Ù
Ùتدر Ùا Ù
Ù Ùا اÙ٠اÙا اÙت سبØاÙ٠اÙا ÙÙا Ù
٠اÙظاÙÙ
ÙÙ ÙاغÙر ÙÙا Ùاع٠عÙا Ùتب عÙÙÙا . ربÙا سÙÙ
Ùا ÙاÙÙ
سÙÙ
ÙÙ ÙÙÙا Ù
Ù Ù٠بÙاء ÙØز٠Ùشر Ù
Ø®ÙÙÙات٠اÙ٠تعÙÙ
Ù
ا ÙÙ
ÙعÙÙ
. Ùا ÙاÙ٠اÙÙ
ÙÙ
ات Ùا داÙع اÙبÙÙات ÙسÙÙÙÙÙÙÙ
اÙÙÙ ÙÙ٠اÙسÙ
Ùع اÙعÙÙÙ
.
عباد اÙÙÙØ Ø§Ù Ø§ÙÙÙ ÙاءÙ
ر باÙعد٠ÙاÙاØسا٠ÙاÙتاء ذ٠اÙÙرب٠ÙÙÙÙ٠ع٠اÙÙخشاء ÙاÙÙ
ÙÙر ÙاÙبغ٠ÙعÙÙÙ
تذÙرÙÙ
ÙÙØ°Ùر اÙÙ٠اÙبر
(Sumber: Kementerian Agama)
2. Bersabar dan Ikhtiar Lahir-Batin di Masa Pandemi Covid-19 >>>
2. Bersabar dan Ikhtiar Lahir-Batin di Masa Pandemi Covid-19
Khutbah Pertama
اÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙدÙ.
اÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØÙÙ ÙدÙÙÙ ÙÙÙÙسÙتÙعÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙسÙتغÙÙÙرÙÙÙ ÙÙÙÙعÙÙÙذ٠بÙاÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø´ÙرÙÙÙر٠أÙÙÙÙسÙÙÙا ÙÙÙ ÙÙ٠سÙÙÙÙئÙات٠أعÙÙ ÙاÙÙÙÙا Ù ÙÙÙ ÙÙÙÙد٠اÙÙÙÙ ÙÙÙا٠٠ÙضÙÙÙÙ ÙÙÙÙ. ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙضÙÙÙÙÙ ÙÙÙا٠ÙÙادÙÙÙ ÙÙÙÙ. Ø£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙ Ùا٠إÙÙ٠اÙÙاÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ Ùا٠شÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ. ÙÙأشÙÙÙد٠أÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙØ°Ùا اÙرÙÙسÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙرÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙصÙØÙابÙÙ٠أÙÙ ÙÙا بÙعÙدÙ:
ÙÙÙÙا عÙبÙاد٠اÙÙÙÙØ Ø£ÙصÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙسÙ٠بÙتÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙÙد٠ÙÙاز٠اÙÙÙ ÙتÙÙÙÙÙÙÙÙ.
Allaahu Akbar (x9) walillaahil-hamdu.
Alhamdullilahi nahmaduhu wa nastaii’nuhu wa nastaghfiruhu wa nauu’dzubillahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyi`aati a’maalinaa man yahdillahu falaa mudhillalahu, wa man yudhlil falaa haadiyalahuu.
Asyhadu an laaillaaha illallahu wahdahu laa syariika lahuu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu.
Allahumma shalli wasallim ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin haadzaar-rasuulil-kariimi wa ‘alaa aalihi wa ashaabihi. Ammaa ba’d
Fayaa ‘ibaadallah, uushiikum wanafsii bitaqwallaahi faqad faazal-muttaquun
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jama’ah Iduladha yang berbahagia. Marilah bersama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebaik-baiknya, dengan kita menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Semoga Allah memberikan petunjuk agar kita bisa berada di jalan yang lurus dan Allah memberikan kekuatan, kesabaran kepada kita semua dalam menjalani ujian di masa pandemi Covid-19 ini.
Keluargaku semua yang berbahagia. Hari ini kita semua merayakan lebaran Iduladha dengan penuh keterbatasan. Di saat wabah masih ada di sekitar kita, kita melaksanakan Sholat Ied di dalam rumah sendiri. Namun demikian, ini tidak mengurangi rasa syukur karena Allah masih memberikan kesehatan kepada seluruh anggota keluarga kita dengan nikmat kesehatan dan umur panjang. Dengan bersyukur, seraya mengucapkan Alhamdulillah, kita berharap Allah terus menambah nikmat kita bersama, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ibrahim ayat 7:
ÙÙئÙÙ Ø´ÙÙÙرÙتÙÙ Ù ÙÙØ£ÙزÙÙدÙÙÙÙÙÙÙ Ù Û ÙÙÙÙئÙÙ ÙÙÙÙرÙتÙ٠٠إÙÙÙ٠عÙØ°ÙابÙÙ ÙÙØ´ÙدÙÙدÙÛ
(La in syakartum la aziidan-nakum wa la in kafartum inna 'adzaabii lasyadiid)
Artinya: “Jika kalian bersyukur, maka sungguh Aku akan tambah untuk kalian (akan nikmat). Dan jika kalian kufur, sesungguhnya siksa-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jama’ah keluargaku yang dirahmati Allah. Wabah Covid-19 masih ada di muka bumi, termasuk kampung halaman kita. Wabah ini adalah ujian dari Allah. Untuk itu, kita harus terus bersabar, tidak boleh putus asa dan menyerah. Usaha dan ikhtiyar harus terus dilakukan dengan melaksanakan protokol kesehatan sebaik-baiknya. Amalan ibadah juga terus kita tingkatkan, misalnya salat, meski sementara waktu dilakukan di rumah, puasa, dan ibadah lainnya. Juga tidak kalah penting adalah berbagi kebaikan pada semua orang, saling menolong dengan saudara, dan tetangga kita.
Jikalau ada tetangga kita yang kebetulan saat ini terpapar Covid-19, mari kita ulurkan tangan untuk membantu dan menolong mereka, bukan malah dikucilkan. Harta yang saat ini kita miliki sesungguhnya harus kita bersihkan dengan cara kita bersedekah kepada sesama yang membutuhkan.
Keluargaku, inilah bukti nyata kita berpasrah pada Allah dan meminta pertolongan pada Allah semata, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Fatihah: 5
Ø¥ÙÙÙÙاÙÙ ÙÙعÙبÙد٠ÙÙØ¥ÙÙÙÙاÙÙ ÙÙسÙتÙعÙÙÙÙ
(Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin)
Artinya: “Hanya kepada-Mu, kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Keluargaku yang saya cintai. Ikhtiyar lahir harus terus dilakukan, menjaga kesehatan, mematuhi aturan pemerintah dengan melaksanakan prokes dan disiplin 5M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan. Upaya ini mari kita sempurnakan dengan tawakkal dan berdoa kepada Allah sang Maha Kholiq, kepada Allah sang Maha Rahman dan Rahim.
Jangan pernah merasa bosan, lelah dalam berdoa. Sebab, dengan do’a, kita berharap Allah memberikan keselamatan pada anggota keluarga kita, tetangga kita, negara tercinta kita bahkan seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini, keselamtan dunia dan keselamatan akhirat.
رÙبÙÙÙÙا آتÙÙا٠ÙÙÙ٠اÙدÙÙÙÙÙÙا ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙ٠اÙÙآخÙرÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙا عÙØ°Ùاب٠اÙÙÙÙارÙ.
(Rabbanaa aatinaa fid-dunyaaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban-naar)
Artinya: “Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami di dunia ini akan kebaikan dan begitu pula di akhirat akan kebaikan. Dan lindungilah kami dari adzab neraka.”
Demikianlah khutbah singkat ini saya sampaikan, semoga Allah Swt selalu membimbing anggota keluarga kita pada jalan yang diridai-Nya, Allah jaga kita semua dari wabah ini. Aamiin.
بÙارÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙرÙØ¢Ù٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ ÙØ Ø£ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا ÙÙأسÙتÙغÙÙÙر٠اÙÙÙ٠اÙعÙظÙÙÙÙ Ù. Ø¥ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙغÙÙÙÙÙر٠اÙرÙÙØÙÙÙÙ .
(Baarakallaahu lii wa lakum fil qur'anil ‘azhiim. Aquulu qawli haadza fastaghfirullaahal ‘azhiim. Innahuu huwal ghafuurur-rahiim)
Khutbah Kedua
اÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙØ
اÙÙÙ٠اÙÙÙبÙر٠ÙبÙرا ÙÙاÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙÙرÙا ÙÙسÙبÙØÙاÙ٠اÙÙ٠بÙÙÙرÙØ©Ù Ù٠أÙصÙÙÙÙا٠. Ùا٠اÙÙÙÙ٠اÙÙاÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ٠اÙÙÙبÙرÙ. اÙÙÙ٠اÙÙÙبÙر٠ÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙدÙ.
اÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙ٠أÙÙ ÙرÙÙا٠أÙÙÙ ÙÙصÙÙÙØÙ Ù ÙعÙÙÙØ´ÙتÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙرÙÙضÙا ÙÙاÙسÙÙعÙادÙØ©ÙØ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠٠بÙاÙÙÙÙاجÙبÙات٠ÙÙÙ٠عÙبÙادÙتÙÙÙ ÙÙتÙÙÙÙÙاÙÙ. ÙÙاÙØ´ÙÙÙد٠اÙÙÙ Ùا٠اÙÙÙÙ٠اÙÙاÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ Ùا٠شÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙاÙØ´ÙÙÙد٠اÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ Ù ÙÙباÙرÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ ÙÙاÙصÙØÙابÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠تÙسÙÙÙÙÙÙ Ùا ÙÙØ«ÙÙرÙا.اÙÙ ÙÙا بÙعÙدÙ
ÙÙÙا٠اÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙاس٠ٱتÙÙÙÙÙØ§Û Ù±ÙÙÙÙÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙاتÙÙÙÛ¦ÙÙÙÙا تÙÙ ÙÙتÙÙÙ٠إÙÙÙÙا ÙÙØ£ÙÙتÙÙ Ù ÙÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ Ù٠صÙÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠آÙ٠سÙÙÙÙدÙÙا٠٠ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙارÙض٠عÙÙÙÙا Ù ÙعÙÙÙ٠٠بÙرÙØÙÙ ÙتÙÙÙ ÙÙا اÙرÙØÙ٠٠اÙرÙÙاØÙÙ ÙÙÙÙÙ.
اÙÙÙÙÙÙ Ù٠اغÙÙÙر٠ÙÙÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙات٠ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ Ùات٠اÙÙاÙØÙÙآء٠٠ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙاÙÙاÙÙ ÙÙÙات٠إÙÙÙÙÙ٠سÙÙ ÙÙÙع٠ÙÙرÙÙÙب٠٠ÙجÙÙÙب٠اÙدÙÙعÙÙÙاتÙ. اÙÙÙÙÙ Ù٠ادÙÙÙع٠عÙÙÙÙا اÙÙبÙÙاÙØ¡Ù ÙÙاÙÙÙÙبÙاء٠ÙÙاÙزÙÙÙاÙزÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙØÙÙÙ ÙÙسÙÙÙء٠اÙÙÙÙتÙÙÙØ©Ù Ù Ùا ظÙÙÙر٠٠ÙÙÙÙÙا ÙÙÙ Ùا بÙØ·ÙÙ٠عÙÙ٠بÙÙÙدÙÙÙا اÙÙÙدÙÙÙÙÙÙسÙÙÙÙا خآصÙÙØ©Ù ÙÙسÙائÙر٠اÙÙبÙÙÙدÙاÙ٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠عآ٠ÙÙØ©Ù ÙÙا رÙبÙ٠اÙÙعÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙ. رÙبÙÙÙÙا ظÙÙÙÙ ÙÙÙا اÙÙÙÙÙسÙÙÙا ÙÙاÙÙÙ ÙÙ٠٠تÙغÙÙÙر٠ÙÙÙÙا ÙÙتÙرÙØÙÙ ÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ®ÙاسÙرÙÙÙÙÙ. رÙبÙÙÙÙا آتÙÙا٠ÙÙ٠اÙدÙÙÙÙÙÙا ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙ٠اÙÙآخÙرÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙا عÙØ°Ùاب٠اÙÙÙÙارÙ.
عÙبÙادÙاÙÙÙ, اÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙاÙÙعÙدÙÙÙ ÙÙاÙÙاÙØÙسÙاÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙتآء٠ذÙ٠اÙÙÙÙرÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙشآء٠ÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙر٠ÙÙاÙÙبÙغÙÙ ÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙØ°ÙÙÙÙرÙÙÙÙÙ. ÙÙاذÙÙÙرÙÙااÙÙÙ٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ°ÙÙÙرÙÙÙÙ Ù ÙÙاشÙÙÙرÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙعÙÙ ÙÙÙ ÙÙزÙدÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ°ÙÙÙر٠اÙÙÙ٠اÙÙÙبÙر.
Allaahu Akbar
Allaahu Akbar kabiiraa, wal-hamdu lillaahi katsiiraa wa subhaanallaahi bukrataan wa ashiilaa. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd.
Alhamdulillaahi amaranaa an-nushliha ma'iisyatanaa linailir-ridla was-sa'aadah, wa naquuma bil-waajibaati fi 'ibaadatihi wa taqwaahu.
Wa asyhadu an laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu. Wa asyhadu anna Sayyidanaa Muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluhuu. Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa ashaabihi wa sallim tasliimaan katsiiraa. Ammaa ba’d
Fayaa ayyuhaan-naas, ittaqullaaha haqqa tuqaatihii walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.
Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali Sayyidinaa Muhammad, wardla ‘annaa ma’aahum birahmatika yaa arhamar-raahimiin.
Allahummaghfir lil-mukminiina wal mukminaati, wal muslimiina wal muslimaati, al-ahyaa`i minhum wal amwaati, innaka samii’un qariibun mujiibud-da’awaat. Allahummadfa’ annalbalaa`a wal waabaa`a waz-zalaazila wal-mihana wasuu`al fitnati, maa zhahara minhaa wa maa bathana, ‘an baladinaa Indonesia khaasshatan wa saa`iril-buldaanil muslimiina ‘aammatan, yaa Rabbal ‘aalamiin.
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfir lanaa lanakuunanna minal-khaasiriina. Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanatan, wa fill aakhirati hasanatan, waqinaa ‘adzaaban-naar.
'Ibaadallaah, innallaaha ya`muru bil ’adIi wal ihsaani, wa iitaa`i dzil-qurbaa wa yanhaa ‘anil-fahsyaa`i wal-munkari wal-baghyi, yai’zhukum la’allakum tadzakkaruun. Wadzkurullaahal ‘adziima yadzkurkum, wasykuruuhu ‘alaa ni’amihi yazidkum, wa ladzikrullaahi akbar.
(Sumber: Kementerian Agama)
3. Tiga Kesabaran Nabi Ibrahim >>>
3. Tiga Kesabaran Nabi Ibrahim
Khutbah I
اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠ÙÙبÙÙÙرÙا ÙÙاÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙرÙا ÙÙسÙبÙØÙاÙ٠اÙÙÙ٠بÙÙÙرÙØ©Ù ÙÙØ£ÙصÙÙÙÙاÙØ ÙØ¢ اÙÙÙÙ٠إÙÙاÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠ÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙدÙ
اÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙÙØ Ø§ÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙ٠اÙÙØ°Ù ÙÙدÙاÙÙا سÙبÙÙ٠اÙسÙÙاÙÙ ÙØ ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙا بÙØ´ÙرÙÙÙعÙة٠اÙÙÙÙبÙÙ٠اÙÙÙرÙÙ ÙØ Ø£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙÙا اÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙا اÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ ÙÙا Ø´ÙرÙÙÙ ÙÙÙØ Ø°Ù٠اÙÙجÙÙاÙÙ ÙÙاÙØ¥ÙÙØ±Ø§Ù Ø ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا ÙÙÙÙبÙÙÙÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙ٠صÙÙÙÙ ÙسÙÙÙÙÙ Ù ÙÙبارÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙا Ù ÙØÙÙ Ùد٠ÙÙعÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙصÙØÙابÙÙÙ ÙÙاÙتÙÙابÙعÙÙ٠بÙØ¥ØÙسÙاÙ٠إÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙدÙÙÙÙ
Ø£ÙÙ ÙÙا بÙعÙدÙ: ÙÙÙØ¢ Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙØ¥ÙØ®ÙÙÙاÙØ Ø£ÙÙصÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙسÙ٠بÙتÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ·ÙاعÙتÙÙÙ ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙÙÙÙÙØÙÙÙÙ. ÙÙاÙ٠اÙÙÙ٠تÙعÙاÙÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙرÙØ¢Ù٠اÙÙÙÙرÙÙÙ Ù: Ø£ÙعÙÙذ٠بÙاÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙØ´ÙÙÙÙØ·ÙاÙ٠اÙرÙÙجÙÙÙ ÙØ Ø¨ÙسÙ٠٠اÙÙÙ٠اÙرÙÙØÙÙ ÙÙ٠اÙرÙÙØÙÙÙ Ù: ÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙا اتÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙا سÙدÙÙدÙØ§Ø ÙÙصÙÙÙØÙ ÙÙÙÙ٠٠أÙعÙÙ ÙاÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙغÙÙÙر٠ÙÙÙÙÙ Ù Ø°ÙÙÙÙبÙÙÙÙ ÙØ ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ·Ùع٠اÙÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙد٠ÙÙاز٠ÙÙÙÙزÙا عÙظÙÙÙ Ùا. ÙÙÙÙاÙ٠تÙعÙاÙÙ: ÙÙØ¢ Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙÙا اتÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙاتÙÙÙ ÙÙÙا٠تÙÙ ÙÙÙتÙÙÙ٠إÙÙاÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙتÙÙ Ù Ù ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ. صÙدÙÙ٠اÙÙÙ٠اÙÙعÙظÙÙÙ Ù
Keluargaku yang dirahmati Allah
Pada hari ini kaum Muslimin di seluruh dunia merayakan Hari Idul Adha karena telah sampai pada hari ke-10 bulan Dzulhijah. Idul Adha adalah peristiwa besar yang setiap tahun umat Islam sedunia merayakannya dengan melaksanakan shalat Id dan setelah itu menyembelih hewan-hewan kurban sebagai sunnah muakkadah. Setiap kali merayakan Idul Adha, kita tidak bisa lepas dari membicarakan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Bapak-anak ini menjadi suri tauladan bagi kita semua dalam banyak hal, seperti dalam ketaatan kepada Allah swt dan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini dengan sabar.
Nabi Ibrahim as adalah seorang hamba Allah yang taat kepada-Nya. Beliau orang sabar sekaligus lurus, berhati lembut dan penyantun. Beliau seorang ayah dengan teladan kepemimpinan yang mencerahkan. Sedangkan sang anak, Nabi Ismail as, adalah seorang hamba yang juga taat kepada Allah. Beliau termasuk orang sabar dan berbakti kepada kedua orang tua.
Keluargaku yang dirahmati Allah
Nabi Ibrahim as mendapatkan anak pertama yang kemudian diberinya nama Ismail setelah menikah dengan Siti Sarah cukup lama, yakni puluhan tahun. Nabi Ismail as lahir dari istri kedua Nabi Ibrahim as bernama Siti Hajar. Saat itu Nabi Ibrahim as telah berusia kira-kira 100 tahun. Namun kemudian, Nabi Ibrahim as bermimpi dalam tidurnya menyembelih anak satu-satunya yang ketika itu sudah menginjak remaja.
Nabi Ibrahim menyadari bahwa mimpi itu adalah perintah dari Allah swt sehingga tidak ada pilihan lain kecuali melaksanakannya. Al-Quran merekam mimpi itu dalam surat Ash-Shaffat ayat 102, sebagai berikut:
ÙÙا بÙÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙ٠أÙرÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙا٠٠أÙÙÙÙ٠أÙØ°ÙبÙØÙÙÙ
Artinya: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.”
Kita bisa bayangkan, betapa Nabi Ibrahim as tengah diuji Allah swt. Anak satu-satunya yang telah lama beliau nantikan kehadirannya hingga di usia tua, pada akhirnya harus dikurbankan atas perintah Allah dengan cara disembelihnya sendiri.
Bagaimanakah sikap Nabi Ibrahim menghadapi perintah tersebut? Beliau mentaati perintah itu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Keluargaku yang dirahmati Allah
Berkaitan dengan kesabaran Imam al-Ghazali menyebutkan beberapa macamnya sebagai berikut:
ÙÙاÙصÙÙبÙر٠عÙÙÙ٠أÙÙÙجÙÙÙ: صÙبÙر٠عÙÙÙÙ Ø·ÙاعÙة٠اÙÙÙÙØ ÙÙصÙبÙر٠عÙÙÙÙ Ù ÙØÙارÙÙ ÙÙÙØ ÙÙصÙبÙر٠عÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙصÙÙÙبÙØ©Ù
Artinya: “Sabar itu terdiri dari beberapa bagian, yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam menjahui larangan-larangan Allah, (3) sabar dalam menerima musibah.” (Al-Ghazali, Mukâsyafatul Qulûb, [Beirut, Dâr al-Qalam], halaman 16).
Dari kutipan di atas kita tahu bahwa apa yang dilakukan Nabi Ibrahim as yakni melaksanakan penyembelihan terhadap putranya sendiri merupakan contoh nyata bentuk kesabaran dalam menaati perintah Allah swt; dan jika kita renungkan lebih dalam, Nabi Ibrahim as telah melaksanakan ketiga macam kesabaran itu sekaligus sebagaimana teori Imam al-Ghazali di atas, yakni sabar dalam menjalankan perintah Allah swt, sabar dalam meninggalkan larangan-Nya, dan sabar dalam menerima musibah berupa ujian berat dari-Nya.
Kesabaran Nabi Ibrahim as dalam menjalankan perintah Allah swt bisa kita lihat dari sikapnya yang segera melaksanakan perintah itu walau sebenarnya ada perasaan sedih di hatinya, karena beliau tetaplah manusia sebagaimana umumnya yang memiliki perasaan. Namun perasaan sedih itu berkembang menjadi keikhlasan di dalam hati setelah jawaban langsung dari Nabi Ismail as sebagai berikut:
ÙÙا Ø£ÙبÙت٠اÙÙعÙÙÙ Ù Ùا تÙؤÙÙ Ùر٠سÙتÙجÙدÙÙÙ٠إÙÙÙ Ø´Ùاء٠اÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙصÙÙابÙرÙÙÙÙ
Artinya: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS Ash-Shaffât:102).
Pengakuan Nabi Ismail as bahwa ia sabar menerima apa yang akan dilakukan ayahnya terhadap dirinya semakin meneguhkan Nabi Ibrahim as untuk melaksanakan perintah Allah, yakni menyembelih putra satu-satunya itu.
Keluargaku yang dirahmati Allah
Keteguhan Nabi Ibrahim as melaksanakan perintah tersebut merupakan kesabaran dalam mentaati Allah swt. Beliau tidak ragu sedikitpun untuk melaksanakan perkara haq sehingga tidak ada sedikitpun keinginan untuk bermaksiat dengan melawan perintah Allah. Misalnya dengan melakukan protes atau bahkan menentangnya. Bermaksiat kepada Allah adalah larangan keras apalagi bagi seorang nabi. Nabi Ibrahim as dengan keteguhan hatinya meninggalkan larangan itu sebagai bentuk kesabaran.
Selain itu, perintah Allah agar Nabi Ibrahim as menyembelih putranya merupakan musibah, dalam arti, perintah itu tidak bisa ditolak sehingga menjadi ujian berat bagi Nabi Ibrahim as. Apakah beliau lebih memilih dan mencintai Allah ataukah lebih mencintai putranya. Terbukti Nabi Ibrahim as lebih memilih dan mencintai Allah dengan seluruh kepasrahan jiwa kepada-Nya. Nabi Ibrahim lulus menghadapi musibah yang mengujinya. Lalu Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menebus Nabi Ismail as dengan seekor domba besar untuk disemblih.
Keluargaku yang dirahmati Allah
Kisah kesabaran Nabi Ibrahim di atas patut kita teladani dalam menghadapi situasi saat ini, khususnya pada masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat yang membatasi kegiatan kita sehari-hari. Kebijakan pemerintah tersebut, yang antara lain merlarang shalat Idul Adha di masjid atau di tempat-tempat umum lainnya di daerah-daerah tertentu yang telah ditetapkannya, adalah demi keselamatan dan maslahatan kita bersama.
Larangan adalah perintah untuk berbuat sebaliknya. Karena itu, kita melaksanakan perintah tersebut dengan menunaikan shalat Idul Adha di rumah seperti saat ini dengan sabar meneladani Nabi Ibrahim as menghadapi perintah dari Allah swt sebagaimana kisah tadi. Perintah ini tidak boleh kita tentang karena ada kewajiban untuk mematuhi pemerintah atau ulil umri sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Ani-Nisa’ ayat 59:
ÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙا Ø£ÙØ·ÙÙعÙÙا اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ·ÙÙعÙÙا اÙرÙÙسÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙÙ Ùر٠٠ÙÙÙÙÙ Ù
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan para pemimpin di antara kamu.”
Keluargaku yang dirahmati Allah
Kita berharap dengan melaksanakan shalat Idul Adha di rumah ini kita akan dicatat sebagai hamba-hamba Allah yang sabar. Secara jujur kita mengakui perintah ini berat bagi kita semua karena membatasi ruang gerak kita sehingga tidak bisa melaksanakan shalat Id di tempat ibadah paling mulia di dunia, yakni masjid. Tetapi kita harus ikhlas menerimanya sebagai ketaatan kepada pemerintah, sebagai bagian dari ketaatan agama, sebagaimana kita harus taat kepada Rasulullah saw dan Allah swt.
Semoga dengan kesabaran kita ini, Allah swt akan segera melenyapkan Covid-19 dari muka bumi, khususnya dari bumi Indonesia. Amin yâ rabbal ‘âlamîn.
أعÙÙÙذ٠بÙاÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙØ´ÙÙÙÙØ·Ù٠اÙرÙÙجÙÙÙÙ Ù. بÙسÙ٠٠اÙÙÙ٠اÙرÙÙØÙÙ Ù٠اÙرÙÙØÙÙÙ Ù. Ø¥ÙÙÙÙا Ø£ÙعÙØ·ÙÙÙÙÙاÙ٠اÙÙÙÙÙÙØ«ÙØ±Ù Ø ÙÙصÙÙÙÙ ÙÙرÙبÙÙÙÙ ÙÙاÙÙØÙرÙØ Ø¥ÙÙÙÙ Ø´ÙاÙÙئÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙØ£ÙبÙتÙر٠. بÙارÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙرÙØ¢Ù٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙعÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙÙاÙÙ٠٠بÙÙ Ùا ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ¢ÙÙات٠ÙÙاÙØ°ÙÙÙÙر٠اÙÙØÙÙÙÙÙÙ Ù. ÙÙتÙÙÙبÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠٠تÙÙاÙÙتÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙسÙÙÙ ÙÙÙع٠اÙÙعÙÙÙÙÙÙ Ù. ÙÙاسÙتÙغÙÙÙرÙÙÙا Ø¥ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙغÙÙÙÙÙر٠اÙرÙÙØÙÙÙÙ Ù
Khutbah II
اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠(3×) اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠(4×) اÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠ÙÙبÙÙرÙا ÙÙاÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙÙرÙا ÙÙسÙبÙØÙاÙ٠اÙÙÙ٠بÙÙÙرÙØ©Ù Ù٠أÙصÙÙÙÙاÙØ ÙØ¢ اÙÙÙÙ٠اÙÙاÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙØ Ø§ÙÙÙÙ٠أÙÙÙبÙر٠ÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙدÙ
اÙÙÙØÙÙ Ùد٠ÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠إÙØÙسÙاÙÙÙÙ ÙÙاÙØ´ÙÙÙÙر٠ÙÙÙ٠عÙÙÙ٠تÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙا٠ÙتÙÙÙاÙÙÙÙ. ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ ÙØ¢ اÙÙÙÙ٠إÙÙاÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙÙ ÙÙØÙدÙÙÙ Ùا٠شÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙد٠أÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙدÙا عÙبÙدÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙ٠اÙدÙÙاعÙ٠إÙÙÙ٠رÙضÙÙÙاÙÙÙÙ. اÙÙÙÙ٠صÙÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙصÙØÙابÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠تÙسÙÙÙÙÙÙ Ùا ÙÙØ«ÙÙرÙا
Ø£ÙÙ ÙÙا بÙعÙد٠ÙÙÙاآ اÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙاسÙØ Ø§ÙتÙÙÙÙÙااÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ùا Ø£ÙÙ Ùر٠ÙÙاÙÙتÙÙÙÙÙا عÙÙ ÙÙا ÙÙÙÙÙ. ÙÙاعÙÙÙÙ ÙÙÙا Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙرÙÙÙ٠٠بÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙدÙØ£Ù ÙÙÙÙÙ٠بÙÙÙÙÙسÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙÙÙ٠بÙÙ ÙÙØ¢ ئÙÙÙتÙÙ٠بÙÙÙدÙسÙÙÙ ÙÙÙÙاÙ٠تÙعاÙÙÙÙ: Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙآئÙÙÙتÙÙÙ ÙÙصÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙبÙÙÙÙØ ÙØ¢ اÙÙÙÙÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙÙا صÙÙÙÙÙÙا عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ ÙÙÙا تÙسÙÙÙÙÙÙ Ùا. اÙÙÙ٠صÙÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙدÙÙÙا Ù ÙØÙÙ ÙÙد٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙ٠آÙ٠سÙÙÙÙدÙÙا٠٠ÙØÙÙ ÙÙد٠ÙÙعÙÙÙ٠أÙÙÙبÙÙآئÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙآئÙÙÙة٠اÙÙÙ ÙÙÙرÙÙبÙÙÙÙÙ. ÙÙارÙض٠اÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙاء٠اÙرÙÙاشÙدÙÙÙÙ٠أÙبÙ٠بÙÙÙر٠ÙÙعÙÙ Ùر ÙÙعÙØ«ÙÙ Ùا٠ÙÙعÙÙÙÙ ÙÙعÙÙ٠بÙÙÙÙÙÙة٠اÙصÙÙØÙابÙØ©Ù ÙÙاÙتÙÙابÙعÙÙÙÙÙ ÙÙتÙابÙعÙ٠اÙتÙÙابÙعÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠بÙاÙØÙسÙاÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙدÙÙÙÙÙÙØ ÙÙارÙض٠عÙÙÙÙا Ù ÙعÙÙÙ٠٠بÙرÙØÙÙ ÙتÙÙÙ ÙÙا Ø£ÙرÙØÙ٠٠اÙرÙÙاØÙÙ ÙÙÙÙÙ
اÙÙÙÙ٠اغÙÙÙر٠ÙÙÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙؤÙÙ ÙÙÙات٠ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙاتÙØ Ø§ÙÙÙØ£ÙØÙÙآء٠٠ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙاÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙاتÙ. اÙÙÙÙ٠أÙعÙزÙ٠اÙÙØ¥ÙسÙÙاÙÙ Ù ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ°ÙÙÙ٠اÙØ´ÙÙرÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙØ´ÙرÙÙÙÙÙÙÙØ ÙÙاÙÙصÙر٠عÙبÙادÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙØÙÙدÙÙÙÙØ©ÙØ ÙÙاÙÙصÙر٠٠ÙÙÙ ÙÙصÙر٠اÙدÙÙÙÙÙÙØ ÙÙاخÙØ°ÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø®ÙØ°ÙÙ٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ ÙÙدÙÙ ÙÙر٠أÙعÙدÙاء٠اÙدÙÙÙÙÙÙØ ÙÙاعÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙاتÙÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙدÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙ٠ادÙÙÙع٠عÙÙÙÙا اÙÙبÙÙاÙØ¡Ù ÙÙاÙÙÙÙبÙاء٠ÙÙاÙزÙÙÙاÙزÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙØÙÙÙ ÙÙسÙÙÙء٠اÙÙÙÙتÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙÙÙ ÙØÙÙÙ Ù Ùا ظÙÙÙر٠٠ÙÙÙÙÙا ÙÙÙ Ùا بÙØ·ÙÙ٠عÙÙ٠بÙÙÙدÙÙÙا Ø¥ÙÙÙÙدÙÙÙÙÙÙسÙÙÙÙا خآصÙÙØ©Ù ÙÙسÙائÙر٠اÙÙبÙÙÙدÙاÙ٠اÙÙÙ ÙسÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠عآ٠ÙÙØ©Ù ÙÙا رÙبÙ٠اÙÙعÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙ. رÙبÙÙÙÙا آتÙÙا٠ÙÙ٠اÙدÙÙÙÙÙÙا ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙ٠اÙÙآخÙرÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙا عÙØ°Ùاب٠اÙÙÙÙارÙ. رÙبÙÙÙÙا ظÙÙÙÙ ÙÙÙا Ø£ÙÙÙÙÙسÙÙÙا ÙÙØ¥ÙÙÙ ÙÙ٠٠تÙغÙÙÙر٠ÙÙÙÙا ÙÙتÙرÙØÙÙ ÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ®ÙاسÙرÙÙÙÙ٠عÙبÙادÙاÙÙÙÙØ Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ Ùر٠بÙاÙÙعÙدÙÙÙ ÙÙاÙÙØ¥ÙØÙسÙاÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙتآء٠ذÙ٠اÙÙÙÙرÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙشآء٠ÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙر٠ÙÙاÙÙبÙغÙÙ ÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙعÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙØ°ÙÙÙÙرÙÙÙÙÙØ ÙÙاذÙÙÙرÙÙا اÙÙÙ٠اÙÙعÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ°ÙÙÙرÙÙÙÙ ÙØ ÙÙاشÙÙÙرÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙعÙÙ ÙÙÙ ÙÙزÙدÙÙÙÙ ÙØ ÙÙÙÙØ°ÙÙÙر٠اÙÙÙ٠أÙÙÙبÙرÙ
(Sumber: NU.or.id)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News