Virus Covid-19 varian Omicron saat ini masih menghantui warga dunia. Belum kelar kasus tersebut teratasi, kini muncul kasus Florona.
Kasus ini pertama kali terdeteksi di Israel. Virus tersebut menyerang seorang ibu hamil.
Sang ibu diketahui tak memiliki riwayat vaksinasi Covid-19 dan flu. Dan kebetulan, saat kasus Florona ditemukan, Israel juga tengah dilanda badai varian Delta dan Omicron serta lonjakan penyakit flu.
Apakah Florona ini varian terbaru dari Covid-19?
Florona bukanlah varian baru dari virus Covid-19. Melainkan suatu kondisi di mana seseorang mengalami infeksi virus influenza dan SARS-CoV-2 di waktu yang bersamaan.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia atau IDI, Zubairi Djoerban, menyatakan Florona sebuah fenomena penyakit infeksi ganda yang dialami seseorang dalam waktu bersamaan.
“Mengenai Florona ini, sebenarnya bukan varian baru. Namun ada infeksi ganda, artinya ada dua jenis virus yang menginfeksi pada seseorang (secara bersamaan),” kata Zubairi dilansi dari Antara, Senin, 3 Januari 2021.
Zubairi menjelaskan, mengenai kasus ibu hamil di Israel yang terinfeksi Florona, hal tersebut terjadi lantaran sistem imunitas sang ibu dalam kondisi yang lemah.
Zubairi menjelaskan, fenomena tersebut terjadi lantaran dua virus ini sama-sama menular melalui udara atau droplet dan langsung menyerang saluran pernafasan.
“Tidak perlu khawatir karena influeza amat sangat jarang ditemukan di Indonesia apalagi yang menyebabkan kematian. Influenza jangan dikira sama dengan flunya orang Indonesia,” jelasnya.
Menurutnya, flu yang terjadi di Indonesia berbeda dengan flu yang terjadi di negara yang memiliki musim dingin. Penderita flu di negara-negara tersebut memiliki gejala berat seperti terkena radang paru atau meninggal.
“Yang paling penting untuk menangkal virus, khususnya virus dari penyebab Covid-19 adalah vaksinasi. Jadi siapa yang belum vaksinasi dua kali segera vaksinasi,” tegas dia.
Sementara itu, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama, menyatakan terjadinya infeksi ganda dipengaruhi oleh tiga hal.
Pertama, seberapa kuat virus bertahan. Kemudian seberapa kuat daya tahan tubuh seseorang, dan terakhir faktor lingkungan sekitarnya.
“Jadi tidak bisa kita katakan kalau Covid lebih kuat atau flunya lebih kuat. Itu tergantung dari masing-masing orang perkembangannya. tapi sekali lagi, kemungkinan menderita dua dapat saja terjadi,” kata Tjandra.
Tjandra juga menjelaskan, tidak ada gejala spesifik dari Florona. Sebab, Florona hanyalah sebuah nama yang dibuat oleh seseorang.
“Istilah Florona tidak ada dalam dunia. Itu hanya beredar di media sosial, tak ada penyakit yang namanya Florona. Kita tunggu saja analisa dari Israel apakah ini fenomena atau banyak kasusnya,” kata Tjandra yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.
“Akan lebih baik, kalau masyarakat mengikuti sumber berita yang akurat dan benar. Tidak sepenuhnya berpegangan pada media sosial yang tidak terlalu jelas kebenarannya,” ujar dia.
Artikel lainnya
- VIDEO: Rekomendasi IDAI Soal Sekolah tatap Muka, Anak Wajib Vaksinasi Lengkap
- Jadi Tersangka Prostitusi Online, Cassandra Angelie Artis Ikatan Cinta Tak Ditahan
- Harga Rokok dan Rokok Elektrik Resmi Naik per 1 Januari 2022, Tembus Rp40 Ribu
- Restoran Hanamasa Jadi Perdebatan Soal Sertifikat Halal
- 2 Siswa Meninggal Dunia Usai Divaksin Covid, Ini Penjelasan Komnas KIPI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News