Sebuah penelitian di Hongkong meneliti sejumlah vaksin yang beredar di dunia. Mereka membandingkan vaksin yang dikembangkan metode messenger RNA (mRNA) dengan vaksin yang menggunakan virus tak aktif.
Penelitian ini dipublikasikan di The Lancet pada Kamis (15/7). Dilansir dari Bloomberg yang dikutip Sabtu, 17 Juli 2021, para peneliti membandingkan vaksin BioNTech yang dikembangkan dengan mRNA dengan vaksin Sinovac yang menggunakan virus tidak aktif.
Hasilnya? Ditemukan fakta bahwa tenaga medis yang sudah menerima dua dosis vaksin Pfizer memiliki tingkat antibodi 10 kali lebih tinggi ketimbang yang menerima dua dosis vaksin Sinovac.
Para peneliti mengatakan meski jumlah antibodi tidak serta-merta berarti vaksin mampu menghasilkan kekebalan dan menggambarkan efektivitas vaksin Covid-19, tetapi studi ini menunjukkan bahwa "perbedaan konsentrasi antibodi di dalam studi ini bisa diterjemahkan ke dalam perbedaan substansial dari efektivitas vaksin."
Studi ini memperkuat dugaan bahwa vaksin mRNA memang lebih tangguh dibandingkan dengan vaksin yang dikembangkan degnan teknik tradisional. Di dunia saat ini ada dua vaksin Covid-19 berbasis mRNA: Pfizer dan Moderna.
Temuan ini menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan keunggulan vaksin mRNA dalam memberikan perlindungan yang kuat dan komprehensif terhadap virus Covid-19 atau SARS-CoV-2 dan variannya. Jika dibandingkan dengan vaksin yang dikembangkan dengan metode yang lebih tradisional, yaitu virus yang tidak aktif.
Negara-negara dari Israel hingga Amerika Serikat yang sebagian besar mengandalkan vaksin mRNA dari Pfizer Inc. dan mitra Jermannya BioNTech, serta Moderna Inc. Negara-negara yang menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna telah mengalami penurunan jumlah infeksi Covid-19 yang nyata.
Sementara itu, negara yang menggunakan sebagian besar vaksin yang tidak aktif dari Sinovac dan Sinopharm China belum mengalami banyak penurunan dalam jumlah kasus.
"Meskipun, penggunaan kedua jenis telah secara signifikan mencegah Covid-19 dan kematian yang lebih parah," tulis Bloomberg.
Efektivitas yang lebih rendah dari vaksin yang tidak aktif telah mendorong negara-negara seperti Thailand hingga Uni Emirat Arab (UEA) untuk menggunakan vaksin booster kepada orang-orang yang sudah divaksinasi penuh menggunakan vaksin Sinovac.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News