Nama Akidi Tio tiba-tiba mencuat di tengah kesulitan penanganan pandemi Covid-19. Akidi Tio rela mengeluarkan Rp2 triliun untuk membantu penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan.
Sumbangan ini diberikan keluarga Akidi Tio melalui Polda Sumatera Selatan. Publik pun langsung bertanya siapa Akidi Tio itu?
Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, heran ada orang yang rela mengeluarkan uang hingga Rp2 triliun untuk diberikan cuma-cuma demi penanganan pandemi Covid-19.
"Bukan main. Hanya itu yang bisa saya tulis. Kok ada orang menyumbang uang Rp 2 triliun," kata Dahlan Iskan.
"Orangnya tidak pernah dikenal. Sudah lama pula meninggal dunia," tulis Dahlan di blog pribadinya disway.id dikutip pada Jumat, 30 Juli 2021.
Dahlan pun kemudian menceritakan siapa sosok Akidi Tio itu dalam blog yang diberi judul "Bantuan 2T".
Dahlan menceritakan percakapannya dengan Hardi Darmawan, dokter yang sempat menangani almarhum Akidi Tio. Hardi dikenal juga sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.
Dahlan lalu mengobrol dengan Hardi dan menanyakan soal kabar sumbangan tersebut. "Betul, saya kenal baik keluarga itu," kata Hardi, seperti yang diceritakan Dahlan.
Kepada Dahlan, Hardi mengatakan bahwa bantuan tersebut akan ditransfer dalam bentuk uang tunai pada Rabu (28/7). Bantuan dikirim ke Kapolda Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Eko Indra Heri, tapi kemungkinan lewat rekening khusus.
Dahlan lalu menceritakan lagi bahwa Akidi Tio lahir di Langsa, Aceh Timur. Tio meninggal tahun 2009 saat berusia 89 tahun akibat serangan jantung. Istri Tio yang juga pasien Hardi, meninggal lebih dulu pada 2005. "Saya dan istri akrab dengan keluarga Pak Tio," ujar Hardi kepada Dahlan.
Menurut Hardi, kata Dahlan, keluarga Tio dan Eko Indra Heri sudah bersahabat lama, yaitu saat Eko masih jadi perwira di Direktorat Reserse Kriminal Polda Sumsel. Lalu, Eko juga sempat pindah tugas menjadi Kapolres di Langsa, tempat kelahiran Tio.
Hardi mengingat Tio sebagai sosok yang rendah hati. "Setiap datang ke tempat praktik saya selalu hanya mengenakan baju dan celana putih," kata Hardi kepada Dahlan.
Lalu sebagai pengusaha, Hardi mengetahui Tio pernah punya pabrik kecap, pabrik mebel, kebun sawit, hingga kontraktor bangunan. Tapi, lima orang pengusaha Tionghoa yang dikenal Dahlan di Sumsel, tidak ada yang mengenal Akidi Tio. Termasuk eks Gubernur Sumsel dua periode, Alex Noerdin.
"Berarti pengusaha ini memang luar biasa rendah hatinya. Low profil high profit. Dan yang seperti itu banyak sekali di lingkungan masyarakat Tionghoa," kata Dahlan Iskan.
Pusing 2 T
Dalam tulisan lain yang diberi judul Pusing 2 T, Dahlan menceritakan kisah penyerahan duit Rp2 triliun pada Selasa (27/7). Kata Dahlan, saat itu, ada sebuah agenda di lantai 3 Polda Sumsel, namun, bukan sebuah acara seperti biasanya. Itu adalah proses simbolis sumbangan Rp 2 Triliun dari konglomerat di Sumsel.
“Saya tidak tahu apakah akan ada dokumen yang menyertai transfer dana itu. Yang jelas tidak ada dokumen apa pun yang ditandatangani Selasa lalu,” tulisnya.
Menurut cerita Dahlan Iskan, sejumlah wartawan tulis tidak diperkenankan untuk menghampiri ruang acara itu berlangsung, hanya fotografer dari berbagai media. Wartawan menunggu di lantai bawah, menunggu para pejabat itu turun untuk diwawancarai secara door stop.
Dahlan menggambarkan, dalam ruangan tersebut berderet Gubernur Sumsel, Kapolda, hingga Danrem. Di sisi kiri terlihat empat tokoh agama, dan seorang wanita Tionghoa setengah baya.
Di meja sisi kanan duduk Guru besar Universitas Sriwijaya, Prof Dr Hardi Darmawan yang juga dokter pribadi Akidi Tio dan beberapa pejabat Polda.
Menurut informasi, jumlah sumbangan baru diketahui wartawan setelah acara berlangsung yang dipandu oleh pembawa acara. Setelah dibuka, keluarga Akidi Tio sebagai penyumbang diminta untuk menyampaikan sambutannya.
“Prof Hardi pun berbicara. Ia tetap duduk di kursinya. Sudah ada mikrofon di situ. Prof Hardi berbicara selama lima menit. Ia menceritakan bahwa dirinya, keluarga Akidi, dan kapolda itu sudah lama bersahabat,” tulis Dahlan.
Namun, Prof Hardi tidak detail menceritakan seperti apa persahabatan lama itu. Lantas Prof Hardi mengatakan bahwa keluarga Akidi ingin menyumbang Rp 2 triliun. Sambutan Gubernur Sumsel dilewat, dan acara dilanjutkan dengan simbolis penyerahan sumbangan.
Ternyata itu wanita Tionghoa yang duduk bersama tokoh agama di sisi kiri pada sesi sebelumnya. Wanita itu adalah keluarga dari Akidi Tio.
Pada proses foto, wanita tersebut menyerahkan papan bertuliskan Sumbangan untuk penanggulangan Covid-19 dan kesehatan di Palembang-Sumsel. Disusul tulisan berwarna putih Dari ALM BPK AKIDI TIO DAN KELUARGA BESAR SEBESAR Rp 2 TRILIUN.
Dahlan mengisahkan, wanita itu adalah salah satu dari tujuh anak Akidi Tio. Ia mencoba menghubungi, tapi tak ada jawaban.
“Saya akhirnya tahu nama wanita itu: Heryanti. Alias Ahong. Dia adalah salah seorang dari tujuh anak Akidi. Saya juga mendapatkan nomor telepon Heryanti. Saya hubungi. Tidak menjawab. Saya juga menghubungi suami Heryanti: Rudy Sutadi.Juga tidak berhasil,”
Selain itu, Dahlan mencoba juga menghubungi Prof Hardi untuk memastikan dana sumbangan itu benar-benar disalurkan atau tidak. Sayangnya, Dahlan juga tak mendapat jawaban.
Menurut informasi yang didapatkannya, rumah Heryanti, anak Akidi Tio tampak sepi dan kosong. Pagarnya ditutup dan dikunci, meski rumahnya terlihat lebih bagus dari rumah-rumah lainnya di sekitarnya. Tapi Dahlan menilai, itu tidak mencerminkan rumah orang kaya raya.
“Akidi telah lama meninggal dunia.Tapi namanya hidup kembali. Ia telah mengalahkan orang-orang yang masih hidup menjadi seolah-olah sudah lama mati,” kata Dahlan menutup tulisannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News