Aturan makan di warteg 20 menit dalam Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 ramai diperbincangkan. Ada yang menilai waktu tersebut cukup dan ada yang bilang terlalu singkat.
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, menilai waktu 20 menit untuk makan di warteg cukup bagi pelanggan. Asal, saat makan tidak banyak mengobrol.
"Jadi makan tanpa banyak bicara dan kemudian 20 menit cukup, setelah itu memberikan giliran kepada anggota masyarakat yang lain," kata Tito dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden yang dikutip pada Selasa (27/7/2021).
Tito pun meminta para pelaku usaha memahami dan mematuhi aturan tersebut. Ia juga menginstruksikan Satpol PP dibantu dengan TNI dan Polri mengawasi berjalannya aturan soal makan di warteg 20 menit itu.
Aturan mengenai pembatasan waktu makan di tempat itu tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dan Level 3.
Meski dianggap cukup, namun sebenarnya tubuh memerlukan waktu sekitar 20 menit sejak mulai makan hingga sinyal kenyang bisa sampai ke otak.
Dilansir dari Alodokter, Selasa (27/7), ternyata makan cepat ternyata berisiko menyebabkan beberapa kondisi yang merugikan kesehatan. Sebaliknya, makan dengan lebih perlahan terbukti lebih menyehatkan dan membantu tubuh menjaga berat badan normal.
Penelitian menemukan, dengan memperpanjang durasi makan, orang yang mengalami obesitas dapat mengonsumsi lebih sedikit kalori. Tidak hanya itu, secara umum, makan lebih lambat dapat membawa berbagai manfaat kesehatan.
Berikut ini adalah risiko yang bisa muncul akibat makan cepat seperti dilansir Alodokter:
1. Penyakit asam lambung
Makan cepat, begitu juga minum cepat, dapat meningkatkan aliran balik asam lambung ke kerongkongan setelah makan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit asam lambung (GERD) yang menyebabkan gejala nyeri ulu hati hingga sesak napas.
Jika kebiasaan makan cepat terus dilakukan dan gejala GERD tidak diatasi, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi, seperti penyempitan kerongkongan, luka pada kerongkongan yang bisa berujung ke perdarahan, atau bahkan kanker.
2. Berat badan naik
Tubuh memerlukan waktu sekitar 20 menit sejak mulai makan hingga sinyal kenyang bisa sampai ke otak. Jika Anda makan dengan cepat, Anda akan cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak dalam 20 menit karena belum merasa kenyang. Padahal, sebenarnya jumlah makanan yang Anda makan sudah cukup. Kondisi ini menyebabkan kelebihan kalori yang pada akhirnya meningkatkan berat badan.
Makan lebih lambat akan membuat Anda lebih menikmati makanan yang Anda santap dan juga membuat perut menjadi lebih cepat kenyang, sehingga Anda terhindar dari risiko makan berlebih.
3. Sindrom metabolik
Makan cepat dan kenaikan berat badan dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik dan resistensi insulin. Kedua kondisi ini saling berkaitan dan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan diabetes tipe 2 hingga 2,5 kali lipat.
4. Proses pencernaan menjadi lambat
Makan cepat dapat memperlambat proses pencernaan. Orang yang terbiasa makan cepat cenderung lebih sering menyantap makanan dalam potongan besar dan mengunyah tidak sampai halus. Hal ini membuat lambung dan usus beserta enzim-enzim pencernaan di dalamnya perlu bekerja lebih keras untuk mengolah makanan.
Selain risiko-risiko pada kesehatan tubuh di atas, makan cepat juga berisiko membuat Anda tidak mudah puas dengan makanan yang Anda makan dan memperparah kebiasaan binge eating.
Apa manfaat makan lebih lambat? Simak selanjutnya >>>
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News