Kabar mengejutkan datang dari pabrikan farmasi AstraZeneca. Mereka mengakui vaksin Covid-19 yang diproduksi memiliki efek samping langka.
Fakta ini terungkap dari dokumen hukum yang diserahkan perusahaan ke pengadilan dalam perkara class action. Dari dokumen itu disebutkan, vaksin Covid yang dikembangkan bersama University of Oxford menyebabkan kematian dan cedera serius.
Efek samping langka yang akan dialami disebutkan adalah trombosit dengan sindrom trombositopenia atau TTS.
"Diakui bahwa vaksin AZ, dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan TTS. Mekanisme alasannya tidak diketahui," tulis AstraZeneca seperti dikutip The Telegraph.
Baca juga
Tak Disangka, Pemegang Salah Satu Hak Paten Vaksin AstraZeneca Peneliti Indonesia
"Penyebab dalam setiap kasus individu akan bergantung pada bukti ahli," terangnya.
Gugatan class action ini diajukan Jamie Scott pada tahun lalu. Ayah dua anak ini mengaku mengalami cedera otak permanen setelah terkena pembekuan darah dan perdarahan di otak. Dia juga tidak dapat bekerja setelah menerima suntikan AstraZeneca pada April 2021.
Apa itu TTS yang diklaim efek samping langka AstraZeneca?
Mengutip laman Healthdirect-gov.au, thrombosis with thrombocytopenia syndrome atau trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) adalah sindrom yang sangat langka.
Baca juga
Mengenal Indra Rudiansyah, Pemuda RI di Balik Vaksin AstraZeneca
Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengalami pembekuan darah (trombosis) dan jumlah trombosit yang rendah alias trombositopenia. Penyakit ini juga disebut sebagai 'trombositopenia trombotik imun yang diinduksi vaksin' (VITT).
Trombosis adalah pembentukan bekuan darah , yang dapat mengurangi aliran darah normal di pembuluh darah yang terkena.
Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana tidak terdapat cukup trombosit dalam darah. Trombosit biasanya membantu darah membeku (menggumpal), sehingga menghentikan pendarahan berlebihan (misalnya, jika Anda melukai diri sendiri).
Bagaimana TTS dan pembekuan darah dikaitkan dengan vaksin AstraZeneca?
Penggumpalan darah dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, antara lain:
- otak (disebut trombosis sinus vena serebral, atau CVST)
- perut (trombosis vena splanknikus)
- paru-paru ( emboli paru )
- vena ekstremitas (trombosis vena dalam (DVT))
- arteri (trombosis arteri)
Proses yang menyebabkan TTS belum sepenuhnya dipahami. Hal ini dianggap mirip dengan trombositopenia yang diinduksi heparin (HIT). Ini adalah reaksi langka terhadap obat yang disebut heparin yang mempengaruhi cara kerja trombosit.
Apa saja gejala trombosis dengan sindrom trombositopenia?
Gejala TTS yang mempengaruhi otak antara lain:
- sakit kepala yang parah dan terus-menerus
- penglihatan kabur
- kesulitan berbicara
- kantuk
- kejang atau kebingungan
Gejala TTS yang memengaruhi seluruh tubuh meliputi:
- sulit bernafas
- nyeri dada
- pembengkakan kaki
- nyeri perut (perut) yang terus-menerus
- bercak darah kecil di bawah kulit, jauh dari tempat suntikan
Gejala muncul antara 4 dan 42 hari setelah vaksinasi dengan vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Apakah ada faktor risiko TTS?
Tidak ditemukan kondisi medis yang meningkatkan risiko Anda terkena TTS setelah vaksinasi. Risiko TTS lebih tinggi terjadi pada orang muda, dan perempuan muda sering kali mengalami bentuk TTS yang lebih parah. Risiko TTS setelah dosis vaksin kedua lebih rendah dibandingkan dosis pertama.
Bagaimana TTS didiagnosis dan diobati?
Beberapa orang dengan TTS merasa sangat tidak sehat dan perlu segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Jika dicurigai adanya gumpalan di otak, pasien dirujuk ke unit gawat darurat untuk penyelidikan segera.
TTS didiagnosis menggunakan tes darah dan scan termasuk CT scan .
Perawatan untuk TTS termasuk:
- obat antikoagulan (anti pembekuan darah) (selain heparin)
- imunoglobulin intravena (IVIG) — infus produk darah yang mengandung antibodi
- prednison dosis tinggi - sejenis obat steroid
Artikel lainnya: Sejarah 2 Mei Ditetapkan Sebagai Hari Pendidikan Nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News