Komnas HAM Sebut Gas Air Mata Pemicu Utama Jatuh Korban di Tragedi Kanjuruhan
- Arry
- 2 November 2022 18:59
Komnas HAm menemukan sejumlah bukti penggunaan gas air mata sebagai pemicu utama jatuhnya korban dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
Komnas HAM menyatakan setidaknya ada 45 gas air mata yang dilontarkan polisi di Stadion Kanjuruhan. Di antaranya dilontarkan ke tribun hingga menyebabkan penonton berebutan keluar stadion hingga menimbulkan korban jiwa.
"Penggunaan gas air mata secara eksesif, secara berlebihan. Dalam Tragedi Kanjuruhan, penggunaan gas air mata terjadi secara eksesif," kata komisioner Komnas HAM, M Choirul Anam, di Jakarta, Rabu, 2 November 2022.
Anam menjelaskan, pihaknya telah menganalisis sekitar 233 video yang direkam di Stadion Kanjuruhan.
Baca juga
Farzah Dwi Jadi Korban ke-135 Tragedi Kanjuruhan, Rumah Sakit Sebut Karena Covid
Dari ratusan video tersebut diketahui ada 11 gas air mata yang ditembak dalam waktu 9 detik. Selain itu, gas air mata juga diarahkan ke tribun utara sebanyak 10 kali.
"Pada video terlihat 15 tembakan, 6 lainnya terdengar berupa dentuman," katanya.
Menurutnya, rentetan gas air mata sempat mereda. Namun pada sekitar pukul 22.11 hingga 2215 WIB, terjadi rentetan tembakan gas air mata sebanyak 24 kali.
"Berdasarkan temuan, total gas air mata yang ditembakkan dalam stadion ini sebanyak 45 kali. 27 tembakan terlihat dalam video dan 18 tembakan terdengar," katanya.
Baca juga
Kader PSI Penjual Dawet Minta Maaf Sebar Hoaks Aremania Mabuk Saat Tragedi Kanjuruhan
Dia mengatakan karakter amunisi tembakan gas air mata yang dilakukan aparat berbeda-beda. Ada tembakan yang satuan dan ada karakter amunisi yang dapat pecah setelah ditembakkan.
Anam pun menyatakan, gas air mata itu menjadi pemicu jatuhnya korban jiwa dan luka secara tidak langsung.
"Ini memang standing kami sejak awal. Gas air mata itu pemicu utama jatuhnya korban meninggal, luka-luka, maupun trauma," kata dia.
Baca juga
Polri Akui Penggunaan Gas Air Mata Kedaluwarsa Saat Tragedi Kanjuruhan
"Walaupun dia bukan sesuatu yang mematikan, tetapi dalam ruang tertentu, kondisi tertentu, dia bisa mematikan. Itu yang terjadi di pintu 13," katanya.
"Video kunci menunjukkan itu. Namun apakah luka yang dialami korban itu diakibatkan gas air mata, kita akan tunggu autopsi yang dilakukan secara ilmiah," katanya.
"Kalau tidak langsung, tembakan ke tribun itu menimbulkan kepanikan, dari panik itu menimbulkan sesak napas, mata sakit, lalu keluar pintu yang curam seperti itu, ada yang jatuh dan berdesakan. Ada juga yang luka dan meninggal," kata Anam.
Baca juga: Bela Polisi di Tragedi Kanjuruhan, Ade Armando: Suporter Arema Sok Jagoan