Alhamdulillah RI Keluar dari Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Meroket 7%

  • Arry
  • 5 Agustus 2021 14:23
Grafik Kenaikan Ekonomi(iXimus/pixabay.com)

Indonesia akhirnya bisa keluar dari resesi di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal II 2021 positif tumbih 7,07 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Kuartal II 2021 secara year on year 7,07 persen. Sementara jika dibandingkan kuartal I 2021 atau Q to Q tumbuh 3,1 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik, Margo Yuwono, di Jakarta, Kamis, 5 Agustus 2021.

Dalam satu tahun terakhir, ekonomi Indonesia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19. Suatu negara dikatakan mengalami resesi jika mengalami pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut.

Sementara Ekonomi Indonesia terkontraksi selama empat kuartal berturut-turut, dimulai sejak kuartal II 2020 hingga memasuki kuartal I tahun ini.

Pada kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif 2,97 persen. Kemudian di kuartal kedua ekonomi minus 5,32 persen, kuartal III minus 3,45, dan kuartal IV 2020 minus 2,19 persen.

Masuk di kuartal I 2021, perekonomian masih merah. BPS melaporkan ekonomi Indonesia minus 0,74 persen sepanjang periode Januari-Maret 2021.

Margo menjelaskan, berdasarkan nominal, Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mencapai Rp2.772,8 triliun pada kuartal II 2021. Sementara Angka Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai Rp4.175,8 triliun pada periode yang sama.

"Peningkatan ekspor terjadi karena pulihnya perdagangan global dan meningkatnya permintaan dari sejumlah negara mitra dagang," ujar Margo Yuwono.

Selain itu, juga didukung oleh peningkatan impor yang mengonfirmasi pertumbuhan industri di dalam negeri, di mana impor naik 50,12 persen dari kuartal II 2020 dan meningkat 9,88 persen dari kuartal I 2021.

"Peran ekspor menjadi sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkap Margo Yuwono.

Dia menjelaskan, peningkatan mobilitas turun mengerek tingkat konsumsi masyarakat dan investasi. Salah satunya tercermin dari penjualan sepeda motor yang naik 10,65 persen pada kuartal II dari kuartal I 2021 dan 268,64 persen dari kuartal I 2021.

Hal itu, juga dipengaruhi pertumbuhan Purchasing Manufactring Index (PMI) global yang naik dari 54,8 persen menjadi 56,6 persen pada Juni 2021.

"Ini juga didukung kenaikan harga komoditas dunia, seperti gandum, minyak kelapa sawit, kedelai, timah, aluminium, dan tembaga," ujar Margo Yuwono.

Related Articles

Berita Terpopuler

Berita Pilihan