Angka Golput Pilkada Jakarta 42,4 Persen, Tertinggi Sepanjang Sejarah
- Arry
- 9 Desember 2024 12:49
Tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Jakarta 2024 hanya mencapai 57,6 persen. Artinya jumlah golput mencapai 42,4 persen dari daftar pemilih tetap di Jakarta.
Komisioner KPU Jakarta, Fahmi Zikrillah menyatakan, partisipasi pemilih di PIlkada Jakarta 2024 menurun dibanding Pilkada 2017. Saat itu angka pemilih mencapai di atas 70 persen.
“Hasil rekapitulasi dari masing-masing kota ini sudah selesai dan kami mencatat tingkat partisipasi di DKI Jakarta ini mencapai 58 persen,” kata Fahmi di Jakarta beberapa hari lalu.
Fahmi menyatakan, KPU Jakarta akan mengevaluasi untuk mengetahui penyebab turunnya partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024.
Baca juga
KPU Jakarta Umumkan Pramono-Rano Pemenang Pilgub 1 Putaran, Raih 50,07%
“Tentu kami akan lakukan evaluasi dan kajian secara komprehensif untuk mendapatkan data yang lengkap, apa yang menjadi alasan ataupun menjadi faktor penyebab dari menurunnya tingkat partisipasi di Jakarta," ujarnya.
Fahmi pun membantah angka partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 turun karena ada wilayah yang tidak menerima Formulir C6 atau surat pemberitahuan untuk mencoblos.
“Saya kira C pemberitahuan itu sifatnya hanya memberitahukan. Jadi saya kira tidak ada pengaruh atau tidak menjadi penyebab C pemberitahuan terdistribusikan menjadi alasan tingkat partisipasi menjadi rendah,” katanya.
"Saya kira tidak ada korelasinya (dengan tingkat partisipasi pemilih yang rendah),” tutur Fahmi.
“Ibarat kita nonton konser, C pemberitahuan itu bukan tiket masuk. Jadi walaupun tidak memiliki C pemberitahuan, warga Jakarta yang sudah terdaftar di dalam DPT tetap tidak kehilangan hak pilihnya,” katanya.
Berdasarkan penghitungan suara tingkat provinsi diketahui DPR Jakarta sebesar 8.214.007. Sementara total surat suara terpakai sebanyak 4.724.393, dengan rincian 4.360.629 suara sah dan 363.764 suara tidak sah.
Baca juga
Real Count Pilgub Jakarta: Pramono Rano Sapu Suara di 7 Kecamatan di Jaksel
Dari penghitungan itu, pasangan Pramono Anung-Rano Karno meraih suara terbanyak yakni 2.183.239 suara, diikuti Ridwan Kamil-Suswono yang meraih 1.718.160 suara, dan pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana meraih 459.230 suara.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Annisa Kirana, menilai tingginya angka golput sebagai bentuk protes dari masyarakat. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi angka golput. Pertama, ketidakpercayaan terhadap sistem politik.
“Banyak warga merasa bahwa siapa pun yang terpilih tidak akan membawa perubahan berarti, sehingga memilih menjadi tidak relevan,” kata Annisa dikutip dari rumahpemilu.
Faktor kedua, intrik politik dan konflik elit. Menurutnya, proses Pilkada Jakarta diwarnai dengan intrik politik yang dapat menciptakan ketidakpuasan atau kejenuhan terhadap politik. Apalagi jarak antara pemilu dan pilkada yang berdekatan.
Faktor ketiga, Annisa menyebut, kandidat yang ditawarkan partai politik tidak mempunyai daya tarik. Paslon yang ada, menurutnya, tidak merepresentasikan aspirasi warga.
“Ditambah dengan intrik politik yang melibatkan elite, hal ini dapat menciptakan kesan bahwa pilkada hanya menjadi ajang kekuasaan, bukan pelayanan masyarakat,” tegas Annisa.
Untuk diketahui, pemilihan gubernur Jakarta secara langsung sudah dilakukan sejak 2007.
Selanjutnya angka Golput Pilgub Jakarta sejak 2007 >>>