Diskusi FTA yang Dihadiri Din Syamsuddin Hingga Refly Harun Dibubarkan Paksa Preman
- Arry
- 28 September 2024 19:20
Diskusi yang digelar Forum Tanah Air atau FTA dibubarkan paksa sekelompok orang. Massa preman itu merusak properti hingga membubarkan paksa diskusi tersebut.
Acara diskusi FTA ini digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, 28 September 2024. Acara ini dipimpin Tata Kesantra dan Ida N Kusdianti selaku Ketua dan Sekjen Forum Tanah Air.
Selain itu, diskusi ini juga sejumlah tokoh seperti Refly Harun, Said Didu, Din Syamsuddin, eks Danjen Kopassus Soenarko, Marwan Batubara, Rizal Fadhilah.
Acara yang sedianya berupa diskusi ini akhirnya berubah menjadi koferensi pers. Para tokoh mengecam aksi para preman dan aparat keamanan yang tidak menjaga keamanan dan melindungi para tokoh/warga masyarakat yang berkumpul di ruangan hotel.
"Hari ini saya pikir kita berduka. Sepanjang hidup saja baru dua kali menyaksikan preman menyerbu orang berbicara. Yang pertama saya di Barcelona karena protes tentang tambang batu bara. Sekarang di negaraku, sedang terjadi," kata Said Didu dikutip dari YouTube Refly Harun.
"Kami seluruh warga Indonesia memesan kepada penguasa, warga negaramu sudah terancam di negerinya. Negara sudah tidak hadir melindungi rakyat," tambah dia.
"Saya sangat menduga bahwa yang mengirim ke sini adalah memang pihak-pihak yang ingin tidak ada perubahan di negeri ini, yang ingin ada gaya kepemimpinan Jokowi berlanjut, yang ingin agar pembagian tanah-tanah rakyat oleh para oligarki yang dilakukan Jokowi berlanjut sehingga mereka mengirim orang agar pembicaraan seperti ini mengambil hak-hak rakyat itu dihentikan," ucap Didu.
Sementara itu Din Syamsuddin menilai aksi yang dilakukan preman ini masuk dalam ranah kriminal. Dia bahkan menyatakan, aksi pembubaran acara disukusi itu sebagai kejahatan demokrasi.
"Bagi saya ini adalah penjelemaan dari perilaku yang memang cenderung berbuat kejahatan dan apa yang terjadi tadi adalah kejahatan demokrasi. Ketika masuk dan merusak ini adalah anarkisme yang tidak hanya memalukan tetapi mengganggu dan merusak kehidupan kebangsaan," kata Din.
"Dan polisi mohon maaf, saya terus terang tidak berfungsi sebagai pelindung dan pengayom rakyat sebagaimana yang menjadi slogan. Ternyata diam saja, saya protes keras protes yang berdiri bahkan membiarkan aksi anarkisme," ucap Din.
"Kalau polisi di depan sana membiarkan tidak ada apa-apa terhadap kegiatan yang sah berdasarkan konstitusi UUD, maka polisi memecah belah rakyat, polisi membiarkan kejahatan, terjadi di mana-mana," kata Din.
Sedangkan Refly Harun menilai massa sebenarnya sudah menggelar aksi sejak awal. Namun tetiba mereka merangsek masuk ke hotel tanpa dihalau petugas keamanan.
"Tadi kampungan. Kejadian yang primitif. Sebenarnya kan mudah, kalau mereka mau demonstrasi, ya demo saja di sana. Menggunakan hak menyatakan pendapat," kata Refly.
"Tetapi ketika sudah masuk ke sini, merusak, itu namanya kriminal. Itu bukan delik aduan, dan mereka melakukan itu di depan polisi. Jadi kalau polisi tidak bertindak, aneh bin ajaib. Menurut saya kita perlu, nanti datang ramai-ramai ke kantor polisi untuk menyampaikan hal itu kalau mereka tidak melakukan tindakan apa-apa," kata Refly.
"Karena itu kawan-kawan semua, saya berharap kita tetap menjalankan diskusi kita dengan baik dengan damai. Sampaikan pikiran secara baik, secara lugas, secara tegas sesuai dengan hak-hak konstitusional kita, freedom of speech and freedom of association," kata Refly.
Belum ada komentar dari kepolisian terkait aksi penyerangan dan pembubaran diskusi FTA yang dihadiri para tokoh ini.
Artikel lainnya: Usai Isu Selingkuh, Aktor Andrew Andika Ditangkap Terkait Kasus Narkoba