Mahfud MD: Pak Mulyono Main Parah Mainnya
- Arry
- 12 September 2024 20:27
Mahfud MD menguak alasan kerap mengritik keras Presiden Joko Widodo usai tak lagi mejabat Menko Polhukam. Apalagi kritik ini dilontarkan usai dia kalah dalam Pilpres 2024.
Mahfud MD mengakui kemarahan kepada Jokowi sudah sangat mendalam. Terutama saat pencalonan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.
"Iya sudah [marah begitu dalam]. Karena ini sudah keterlaluan. Jadi begitu waktu, oke Gibran sudah diputus, dia oleh MK diputus boleh calon, gitu ya," kata Mahfud MD dalam podcast 'Terus Terang Mahfud MD', dikutip Kamis, 12 September 2024.
"Kemudian saya katakan karena ini putusan peradilan, kan, harus diikuti. Putusan peradilan itu meskipun salah, kan, harus diikuti, kan," ujarnya.
"Tapi, itu jelas salah. Karena apa, kemudian MKMK memutuskan pencalonan Gibran itu pelanggaran etik yang berat. Bukan hanya pelanggaran etik, pelanggaran etik berat," tegas dia.
Baca juga
Ono Surono PDIP Ungkap Dalang Anies Gagal Ikut Pilgub Jabar 2024: Mulyono dan Geng
Paslon Prabowo-Gibran pun akhinrya memenangi Pilpres 2024 dengan raihan 58 persen suara. Sementara Mahfud MD yang berpasangan dengan Ganjar Pranowo hanya mendapatkan 16 persen suara.
Meski demikian, lanjut Mahfud MD, kemenangan paslon Prabowo-Gibran yang diputuskan Mahkamah Konstitusi harus dipatuhi.
"Nah, sudah [keputusan MK] itu saya mulai mengingatkan jangan main-main dengan hukum. Kok sudah bicara biasa seperti dulunya, saya biasanya kompromi hampir jalan tengah, kan. Ini supaya dimaklumi ini terjadi gini, yuk negara jalan harus gini," ujarnya.
"Ini rupanya, Pak, secara politik, ya, Pak Mulyono itu semakin parah mainnya hehehe," imbuh dia
Untuk diketahui, Mulyono merupakan nama masa kecil Jokowi. Dia mengganti namanya karena kerap sakit-sakitan. Orang tua Mulyono pun akhirnya mengganti nama anaknya menjadi Joko Widodo.
Mahfud melanjutkan, tindakan cawe-cawe Jokowi tak hanya terjadi di Mahkamah Konstitusi. Tetapi juga terjadi di Mahkamah Agung.
Baca juga
Mahfud MD Unggah Pepatah Turki, Singgung Soal Badut Sirkus Istana
Hal ini terkait dengan putusan judicial review MA yang memutuskan batas usia untuk calon gubernur minimal 30 tahun saat dilantik sebagai pasangan calon. Sebelumnya, usia minimal 30 tahun berlaku saat penetapan pasangan calon.
"Iya diyakini secara politik [didesain Jokowi]. Iya, kan, gimana caranya seorang Hakim Agung memutus sesuatu yang menurut undang-undang hanya boleh dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Lalu menjadi confirm bahwa salah keputusan Mahkamah Agung ini ketika MK memutus," jelasnya.
"Bahwa itu bukan urusan Anda, ini udah benar nih undang-undang. Kan, menjadi confirm bahwa itu ada permainan. Nah, siapa yang main, lalu itu analisis politik, kan. Enggak bisa nunjuk orang begitu. Tapi analisis politik itu memungkinkan, karena yang paling berkepentingan di situ memang keluarga Pak Jokowi," lanjut dia.
"Nah, maka saya bilang, waduh ini sudah parah. Sehingga saya meningkatkan tensi saya. Saya ini harus lebih blak-blakan bahwa ini permainan. Permainan yang menjadi pergunjingan orang tapi pura-pura nggak dengar, kan," terang Mahfud.
"Tetapi, sekarang sebagai warga negara, saya melihat, kok seperti ini, nih? Mainnya rusak benar, nih, orang-orang. Sehingga lalu saya semakin keras," jelasnya.
"Kalau kata Nabi itu, kalau kamu melihat kemungkaran, betulkan dia dengan kekuasaanmu. Kalau kamu sudah tidak punya kekuasaan, betulkan dia dengan lisanmu. Lalu, kalau kamu sudah tidak berani dengan lisan, maka berdoa lah kamu agar orang itu dicegah oleh Allah," ucap Mahfud.
"Nah saya ini, ambil yang kedua, ini saya lisan. Lisan pakai nada netral tidak didengar. Keras saja sekalian. Iya, kan? Keras saja sekalian," ujarnya.
Artikel lainnya: Syarat Naik Pesawat Umum Bagi Ibu Hamil. Haruskah Pakai Jet Pribadi Seperti Erina?