Hari Anak Nasional: Ini Makna Filosofis Permainan Tradisional Cublak Cublak Suweng
- Arry
- 23 Juli 2022 12:14
Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Banyak permainan anak tradisional banyak tersebar di Indonesia. Jenis permainan ini sudah dimainkan sejak zaman kerajaan dan masih dimainkan sampai saat ini.
Ada sejumlah permainan anak yang kerap dimainkan seperti gobak sodor, pate lele, bekel, dakon, ceblek nyamuk, hingga cublak-cublak suweng.
Permainan cublak-cublak suweng ini ternyata kaya maknanya. Perhatikan liriknya di bawah ini:
“Cublak cublek suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel, Pak empo lirak-lirik, sapa guyu ndhelikake, sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong."
Melansir berbagai sumber, permainan tradisional cublak-cublak suweng ternyata sudah dimainkan sejak tahun 1442. Awalnya permainan ini diciptakan Sunan Giri alias Syekh Maulana Ainul Yakin. Lagu ini digunakan Sunan Giri saat menyebarkan Islam terutama di Pulau Jawa.
Baca juga
Rayakan Hari Anak Nasional: Yuk Ajak Anak Main di 7 Playground di Jakarta Ini
Permainan ini sangat sederhana. Pertama-tama lakukan hompimpa terlebih dahulu. Yang kalah kemudian menjadi Pak Empo. Dia bisa duduk bertelungkup atau berdiri sperti sedang rukuk.
Sementara teman-temannya yang mengelilingi Pak Empo, membuka telapak tangan mengarah ke atas yang diletakkan di punggung Pak Empo.
Salah satu anak memegang biji atau kerikil dan memindahkannya dari telapak satu ke telapak lainnya. Seluruh peserta kemudian menyanyikan lagu Cublak-cublak Suweng.
Saat lirik sapa mau sing delekke dinyanyikan, salah satu anak harus menyerahkan biji atau kerikil ke tangan seorang anak untuk disembunyikan dalam genggaman tangan.
Dan pada akhir lagu, semua anak kemudian menutup telapak tangan masing-masing, berpura-pura menyembunyikan kerikil atau biji tadi.
Pak Empo kemudian harus menebak kerikil tersebut berada di tangan siapa. Bila tebakannya benar, maka si anak yang memegang kerikil itu harus bergantian menjadi Pak Empo. Jika tebakan salah, maka dia akan kembali menjadi Pak Empo.
Dlihat dari liriknya, Cublak-cublak Suweng, ternyata mengandung makna filosofis. Urutannya:
1. Cublak Suweng memiliki arti suweng atau berarti anting. Maknanya adalah harta sejati.
2. Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng yang berserakan. Di sini bisa berarti harta sejati itu berserakan di sekitar manusia.
3. Mambu ketundung gudel; mambu artinya bau, ketundung berarti dituju, dan gudhel artinya anak kerbau.
Dari ketiga kalimat tersebut, bisa diartikan banyak orang berusaha mencari harta sejati. Harta ini juga menjadi tujuan dari orang bodoh (yang diibaratkan gudhel).
4. Pak Empo lirak-lirik; memiliki makna bahwa orang tua yakni Pak Empo kebingungan mencari harta sejati karena dikuasai adanya hawa nafsu.
5. Sopo ngguyu ndhelikake, memiliki arti siapa yang tertawa, dia yang menyembunyikan. Hal ini menggambarkan siapa yang bijaksana maka dia akan menemukan kebahagiaan atau harta sejati.
6. Sir-sir pong dele kopong, memiliki arti hati nurani yang kosong. Maksudnya, untuk mencapai kebahagiaan harus menghindari kecintaan pada kekayaan duniawi, rendah hati, dan selalu melatih hati nuraninya.
Jadi, makna lirik lagu permainan Cublak-cublak suweng adalah jika mencari harta, jangan menuruti hawa nafsu. Tapi harus dilandasi dengan hati nurani yang bersih.
Artikel lainnya
- Bolehkah Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaian, Ini Penjelasan UAS dan Buya Yahya
- Pilot Citilink Kolaps, Pramugari ke Penumpang: Ada yang Tahu Terbangkan Pesawat Ini?
- Promo JSM Alfamart 22-24 Juli: Minyak Goreng 2 L Dijual Mulai Rp33.100
- Katalog Super Hemat Indomaret 20-26 Juli: Minyak Goreng Rp34.900
- 4 Makanan yang Ampuh Turunkan Berat Badan